FILSAFAT, ETIKA, DAN KOMUNIKASI
A. Pengertian
Etika
Secara
etimologi, etika berasal dari kata ethos yang
berarti tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat,
akhlak, perasaan, cara berpikir. Dalam KBBI, etika adalah ilmu pengetahuan
tentang asas-asas akhlak. Etika dibedakan dalam tiga pengertian pokok, yaitu
ilmu tentang apa yang baik dan kewajiban moral, kumpulan asas atau nilai yang
berkenaan dengan aklhak, dan nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu
golongan atau masyarakat. Etika memiliki tugas sebagai berikut :
1.
Untuk
mempersoalkan norma yang dianggap berlaku.
2.
Etika
mengajukan pertanyaan tentang legitimasinya, artinya norma yang tidak dapat
mempertahankan diri dari pertanyaan kritis denga sendirinya akan kehilangan
haknya.
3.
etika
mempersoalkan pula hak setiap lembaga seperti orang tua, sekolah, negara, dan
agama untuk memberikan perintah atau larangan yang harus ditaati.
4.
Etika
memberikan bekal kepada manusia untuk mengambil sikap yang rasional terhadap
semua norma.
5.
Etika
menjadi alat pemikiran yang rasional dan bertanggung jawab bagi seorang ahli
dan bagi siapa saja yang tidak mau diombang-ambingkan oleh norma-norma yang
ada.
Tindakan manusia ditentukan oleh macam-macam norma.
Etika menolong manuia untuk mengambil sikap terhadap semua norma dari luar dan
dari dalam, agar manusia mencapai kesadaran moral yang otonom.
B. Hubungan
Filsafat dan Etika
Filsafat
adalah seperangkat keyakinan-keyakinan dan sikap-sikap, cita-cita,
aspirasi-aspirasi dan tujuan-tujuan, nilai-nilai dan norma-norma,
aturan-aturan, dan pronsip etis. Nilai-nilai mempunyai tingkatan, seperti:
1.
Nilai-nilai
akhir atau abstrak, contohnya, demokrasi, keadilan, persamaan, kebebasan,
kedamaian, dan kemajuan sosial, serta perwujudan diri dan penentuan diri.
2.
Nilai-nilai
tingkat menengah, contohnya, kualitas keberfungsian manusai/pribadi, keluarga
yang baik, dan masyarakat yang baik.
3.
Nilai-nilai
instrumental atau operasional yang mengacu pada ciri-ciri perilaku dari lembaga
sosial yang baik, pemerintah yang baik, dan orang professional yang baik.
4. Nilai-nilai dan norma-norma yang teah
diinternalisasikan ke dalam diri individu, akan menjadi kerangka referensi
individu tersebut, sebagai prinsip-prinsip etik.
C. Perbedaan
Etika, Etiket, Moral , dan Agama
Ø
Perbedaan
pokok antara Etika dan Etiket
1.
Etika
menyangkut cara perbuatan yang harus dilakukan oleh seorang atau kelompok
tertentu. Sedangkan Etiket memberikan dan menunjukan cara yang tepat dalam
bertindak.
2.
Etiket
hanya berlaku dalam pergaulan sosial (berlaku jika ada orang lain). Sedangkan
Etika tidak memerhatikan orang lain atau tidak.
3.
Etiket
bersifat relative. Sedangkan Etika bersifat mutlak.
4.
Etiket
hanya menyangkut segi lahiriah saja. Sedangkan etika lebih menyangkut aspek
internal manusia.
Ø
Perbedaan
Moral dan Hukum
1.
Hukum
bersifat objektif karena hukum itu tertulis.
2.
Norma
bersifat subjektif, mengenai etis atau tidaknya suatu perbuatan.
3.
Hukum
hanya membatasi ruang lingkupnya pada lahiriah manusia saja.
4.
Moralitas
menyangkut perilaku batin seseorang.
5.
Sanksi
hukum biasanya dapat dipaksakan.
6.
Sanksi
moral satu-satunya adalah pada kenyataan bahwa hati nuraninya yang akan merasa
tidak tenang.
7.
Sanksi
hukum didasarkan pada kehendak masyarakat
8.
Sanksi
moral tidak dapat diubah oleh masyarakat.
Ø
Perbedaan
Etika dan Moral
Etika lebih condong ke arah
ilmu tentang baik atau buruk atau biasa dikenal sebagai kode etik. Sedangkan
moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas atau nilai yang berkenaan
dengan baik buruk.
D. Unsur
Pokok dalam Etika
Unsur-unsur
pokok etika adalah kebebasan, tanggung jawab, hati nurani, dan prinsip-prinsip
moral dasar. Kebebasan adalah unsur pokok dan utama dalam wacana etika. Dengan
mengandalkan kebebasan, etika menjadi bersifat rasional. Kebebasan ini
maksudnya adalah kebebasan manusia untuk menentukan dirinya sendiri. Kemudian,
tanggung jawab adalah kemampuan individu untuk menjawab segala pertanyaan yang
mungkin timbul dari tindakan-tindakan. Pertanggungjawaban adalah situasi
disebabkannya orang menjadi penyebab bebas. Hati nurani adalah penghayatan
tentang nilai baik atau buruk berhubungan dengan situasi konkret. Hati nurani
berhubungan dengan kesadaran. Kesadaran adalah kesanggupan manusia untuk
mengenali dirinya sendiri. Selanjutnya, prinsip kesadaran moral adalah beberapa
tataran perlu diketahui untuk memosisikan tindakan individu dalam kerangka
nilai moral tertentu. Perinsip-prinsip itu adalah sikap baik, keadilan, dan
hirmat kepada diri sendiri serta orang lain.
E. Beberapa
Isme dalam Etika
1.
Egoisme
Egoisme adalah pemikiran etis yang menyatakan bahwa
tindakan atau perbuatan yang paling baik adalah memberikan manfaat untuk diri
sendiri dalam jangka waktu yang diperlukan atau waktu tertentu.
2.
Deontoogisme
Deontologisme adalah pemikiran etis yang meyatakan
bahwa baik buruknya tindakan tidak diukur dari akibat yang ditimbulkan, tetapi
berdasar sifat tertentu dari hasil yang dicapainya.
3.
Utilitarianisme
Utilitarianisme adalah pemikiran etika yang melihat
bahwa kaidah moral dan baik buruknya tindakan diukur dari akibat yang
ditimbukan.
4.
Pragmatisme
Pragmatisme adalah pemikiran etis yang menyatakan
bahwa perbuatan etis berhubungan dengan soal pengetahuan praktis yang dilakukan
demi kemajuan masyarakat dan dunia.
F. Etika
Komunikasi
Ada tujuh perspektif etika komunikasi yang bisa
dilihat dalam perspektif yang bersangkutan, antara lain:
1.
Perspektif
politik
Etika mengembangkan kebiasaan ilmiah dalam praktek berkomunikasi,
menumbuhkan sikap adil dengan memilih atas dasar kebebasan, pengutamaan
motivasi, dan menanamkan penghargaan atas perbedaan.
2.
Perspektif
sifat manusia
Tindakan manusia yang manusiawi berasal dari rasionalitas yang sadar
atas apa yang dilakukan dan dengan bebas untuk memilih melakukannya.
3.
Perspektif
dialogis
Sikap dialogal adalah sikap setiap pertisipan komunikasi yang ditandai
oleh kualitas keutamaan, seperti keterbukaan, kejujuran, kerukunan, intensitas,
dan lain-lain.
4.
Perspektif
situasional
Etika memperhatikan peran komunikator, standar khalayak, derajat
kesadaran, tingkat urgensi pelaksanaan komunikator, tujuan, dan nilai khalayak,
standar khalayak untuk komunikasi etis.
5.
Perspektif
religius
Pedekatan alkitabiah dalam agama membantu manusia untuk menemukan
pedoman yang kurang lebih pasti dalam tinfakan manusia.
6.
Perspektif
utilitarian
Cara dan tujuan komuniaksi dapat dilihat dari adanya kegunaan,
kesenangan, dan kegembiraan.
7.
Perspektif
legal
Perilaku
komunikasi yang legal, sangat disesuaikan dengan peraturan yang berlaku dan
dianggap sebagai perilaku etis.
Meiliani
14140110029
Tidak ada komentar:
Posting Komentar