Minggu, 29 Mei 2016

Media, Pelayanan Publik dan Logika Politik; Kepentingan, Tekanan Ekonomi, dan Tanggung Jawab Sosial

I. Tekanan Ekonomi dan Tanggung Jawab Sosial

Dalam berkomunikasi ada hal-hal yang juga mempengaruhi di dalamnya, seperti: tekanan ekonomi dan tanggung jawab sosial. Dalam pengaplikasiannya juga seringkali tanggungjawab disalahgunakan karena adanya tekanan ekonomi. 
Tekanan ekonomi berasal dari tiga sumber (dalam komunikasi), yaitu:
1. Pendukung finansial (investor, pemilik, pelanggan)
2. Para pesaing
3. Masyarakat / publik secara umum

Konten-konten yang diberikan pada konsumen seringkali didasarkan karena kepentingan dari media semata demi meraup keuntungan lebih banyak tanpa memberikan konten yang baik dan sesuai kebutuhan bagi konsumen. Banyak media juga berlomba-lomba membuat tayangan kreatif dan menarik perhatian dan menarik hati si konsumen. Setelah konsumen tertarik, maka para pengiklan tentu akan mengalir deras ingin memasukkan slot iklan dalam tayangan media tersebut. Alhasil, seringkali dalam satu tayangan program durasi iklan yang ditayangkan pada pemirsa lebih lama daripada durasi dari program itu sendiri. Karena tak bisa dipungkiri bahwa pemasukkan keuangan sebuah media adalah dari iklan. 
Sebuah idealisme jurnalisme terkadang memang dikalahkan oleh sebah kekuasaan keuangan. Media-media yang semula baik, kemudian dirasuki oleh penghitungan marketing yang penuh strategi untuk meraup keuntungan komersil sebesar-besarnya.
Hal ini pun yang menyebabkan dilema antara nilai etis dari tanggung jawab sosial dan tekanan ekonomi bagi institusi media.

II. Neoliberalisme sebagai Kekuatan Ekonomi Baru

Perkembangan kapitalisme saat ini tengah memasuki neoliberalism, menurut studi dari I. Wibowo dkk. Intinya, gagasan pokok neoliberalisme adalah menjadikan ekonomi sebagai kunci untuk memahami dan mendekati berbagai masalah, penggusuran arena hidup sosial ke urusan personal. Fundamentalis pasar percaya bahwa seluruh kehidupan tunduk pada hukum pasar tidak terkecuali. 
Kita bertransaksi satu dengan yang lain dalam hubungan antar manusia baik itu persahabatan, keluarga, hukum, dan lain-lain berdasar pada prinsip kegiatan ekonomi. Setiap tindakan manusia, pasti bertumpu pada perhitungan untung-rugi. Ketika kita berkomunikasi dalam kacamata neolib, maka sejatinya kita tengah memenuhi kebutuhan.                                           
Dalam neoliberalisme, melihat bahwa negara tidak punya alasan apapun untuk mencampuri dan mengawasi pasar, karena pasarlah yang justru merupakan prinsip yang mendasari negara dan masyarakat. 

III. Tanggung Jawab Sosial

Dalam filsafat, tanggung jawab sosial adalah kemampuan manusia yang menyadari bahwa seluruh tindakannya selalu mempunyai konsekuensi. Tanggung jawab itu sendiri merupakan restriksi (pembatasan) dari kebebasan yang dimiliki manusia, tanpa mengurangi kebebasan itu sendiri. Anggapannya setiap orang punya hak dalam kebebasan melakukan tindakan, tapi tindakan tersebut memiliki "batasan" yang harus disadari juga, baik itu dari dalam diri maupun dari luar diri (misal: terbatas karena kebebasan orang lain). Namun, apabila kebebasan manusia itu tidak dikelola dengan baik maka akan terjadi kekacauan. Untuk itu, diciptakanlah sebuah tanggung jawab sosial untuk menghindari kekacauan tersebut. Demi kebaikan bersama juga, pelaksanaan kebebasan manusia juga harus memperhatikan kelompok sosial di mana ia berada.
Prof. Burhan Bungin (2006: 43) mengatakan, bahwa kehidupan kelompok adalah sebuah naluri manusia sejak ia dilahirkan. Manusia yang pada dasarnya mahluk sosial tidak bisa hidup sendiri, akhirnya mendorong dirinya untuk menyatu dengan kelompok-kelompok dalam kehidupannya. Sehingga, manusia memenuhi penyatuan ini dengan melakukan proses keterlibatan dengan lingkungan sekitar, yaitu adaptasi.

IV. Isu Ekonomi Dalam Media Massa

Pada dasarnya media massa mengikuti model ekonomi industrial yang ditandai dengan akselerasi banyaknya media dan hasil-hasilnya untuk mendapatkan biaya yang murah untuk produksinya. Dalam media tidak menutup kemungkinan terjadinya monopoli. Hal ini mempengaruhi sistem permainan dalam ekonomi di media itu sendiri. Permainan ekonomi dalam media ini, justru akan melemahkan peran dan fungsi sosial media massa. Apalagi menyangkut konten yang nantinya disebar untuk masyarakat.
Namun, yang jelas dari sekian motif ekonomi yang palinng pokok motifnya ialah motif keuntungan. Karena memang pada dasarnya dalam sebuah industri, apalagi industri media massa, faktor keuntungan adalah faktor yang terpenting. Untuk meraup keuntungan, media massa melakukan berbagai hal mulai dari memanfaatkan iklan secara besar-besaran pada setiap produk media massa, sampai pemotongan pegawai. 

V. Isu Moral Versus Kepentingan Ekonomi

Semakin kesini, perkembangan media massa semakin pesat apalagi didorong dengan teknologi-teknologi yang semakin maju pula. Media-media yang awalnya menyampaikan informasi yang benar dan akurat tanpa ada pengaruh atau tekanan, kini media dijadikan sarana untuk para pengusaha-pengusaha memperluas jangkauan pasarnya. Media adalah sesuatu yang unik karena  bisnis mereka mengambil keuntungan tidak langsung dari konsumen, tetapi langusng dari pemasang iklan.
Mosco (1996: 30), terdapat tiga entry konsep dalam ekonomi-politik media yang dikaji; yaitu komodifikasi, spasialisasi, dan strukturisasi. Komodifikasi sendiri merupakan proses pengambilan barang/jasa yang bernilai dalam pemakaiannya, dan mengubahnya dengan komoditi yang bernilai pada apa yang dapat dihasilkan pasar.
Pada dasarnya segala hal yang disiarkan ekonomi harus mengacu pada kebutuhan dan kepentingan moral masyarakat. Namun, tidak bisa dipungkiri dalam prosesnya tidak bisa dijauhkan dari faktor ekonomi dan kepentingan si pemilik. Semua itu balik lagi kepada kesadaran dari masing-masing pemilik media dalam mengelola media mereka masing-masing. Adapun wacana tentang konsekuensi kapitalisme terhadap media, sebagai industri media, media massa juga beroperasi dalam struktur industri kapitalis yang tidak selalu memfasilitasi, juga mengekang.
Karena banyaknya permainan politik dan ekonomi, baiknya untuk memahami monopoli kapitalisme atas media adalah dengan melihat secara politis dan ideologis dominasi kapitalisme secara ekonomis atas dunia komunikasi.


[Sumber: Mufid, Muhammad. 2012. Etika dan Filsafat Komunikasi.]

















Tidak ada komentar:

Posting Komentar