Kezia
Mariska - 14140110212
Pertemuan
14 – 24 Mei 2016
Sumber foto: http://www.youthpress.org/our-causes/media-literacy/
James W. Potter
dalam bukunya Media Literacy mengartikan literasi media atau melek media
sebagai sekumpulan perspektif yang kita gunakan secara aktif saat memakai media
guna mengartikan atau memaknai pesan yang kita dapatkan. Untuk dapat melakukan
literasi media diperlukan kemampuan memahami makna berbagai pesan, menagtur
makna sehingga berguna, dan kemudian menyusun pesan untuk menyampaikan makna
tersebut.
Kellner dan Share
dalam Sumadiria (2014) juga menyebutkan dengan literasi, individu dapat
meningkatkan harkat, martabat, dan perannya di tengah masyarakat. Literasi
media dan literasi media dapat membantu mengembangkan dan menguabh respons
setiap individu terhadap perubahan sosial budaya. Literasi media diarahkan
untuk membangun gerakan kesadaran kultural dan intelektual bersama mengenai
pentingnya menyikapi arus informasi agar lebih bermanfaat bagi kelangsungan
kehidupan dan kebudayaan.
Melihat definisi
di atas, tentu penting menerapkan sikap melek media, sehingga informasi yang
diterima oleh masing-masing individu dapat dipahami dengan benar. Berikut
adalah 3 faktor mengapa literasi media menjadi penting,
1. Adanya kejenuhan atas banjirnya informasi. Budaya
kita terpenuhi dengan banyak informasi yang datang dari berbagai sumber. Jumlah
informasi yang ada juga bertambah dengan cepat setiap waktunya
2. Masyarakat yang terus menerus terpapar
media. Hal ini berkaitan dengan keseharian kita yang tidak bisa dipisahkan
dari media dan informasi. Menurut
3. Masalah informasi. Jika dahulu
permasalahan terletak pada terbatasnya akses informasi, maka kini masalah
terletak pada bagaimana cara membatasi derasnya arus informasi.
Literasi media
menjadi sangat penting saat menghadapi banjir informasi, di mana masing-masing
individu dapat menyaring mana informasi yang benar dan mana yang tidak.
Potter juga
mengemukakan beberapa tingkatan atau tahapan dalam literasi media. Tahapan
tersebut antara lain,
1. Memperoleh
pemahaman dasar. Tahap ini terjadi dalam fase anak balita yang
mempelajari benda hidup dan mati, fungsinya, dan juga mulai memahami ekspresi
wajah, suara-suara, warna, dan pergerakan.
2. Penguasaan bahasa. Tahap ini terjadi di
masa anak-anak yang mulai mengenali suara orang berbicara dan artinya. Individu
juga mampu berbicara dan membuat respon emosi terhadap musik atau suara yang
didengar. Di tahap ini, individu mulai mengenali tokoh dalam media visual lalu
mengikutinya.
3. Pemahaman narasi. Di tahap ini individu
dapat membedakan fiksi dan nonfiksi. Individu dapat membedakan antara iklan
dengan acara uang ditonton, memahai alur acara dan motivasi yang diberikan.
4. Berkembangnya sikap skeptis. Tahap ini
dicapai saat memasuki usia remaja yang sudah memiliki pemahaman tentang rasa
suka dan tidak suka terhadap acara, karakter, dan tindakan tertentu.
5. Perkembangan yang intensif. Individu
mulai memiliki motivasi untuk mencari tahu suatu topik secara lebih mendalam.
Selain itu, individu juga mampu menggunakan informasi tadi agar menjadi
bermanfaat.
6. Pengalaman menjelajah. Tahap di mana
individu semakin sering mengeksplorasi konten media yang dikonsumsi. Ciri-ciri
yang menandai tahap ini adalah individu mulai mencari berbagai bentuk konten
dan narasi, berfokus pada kejutan dan emosi, nilai moral dan estetika baru.
7. Apresiasi kritis. Tahap ketika individu
mampu menerima dan mengevaluasi pesan dengan cara mereka sendiri. Individu juga
mampu membandingkan berbagai pesan di media secara terus menerus.
8. Tanggung jawab sosial. Di tahap ini
individu sudah memiliki berbagai sudut pandang pemahaman. Individu juga
menyadari perlu melakukan tindakan yang berdampak terhadap masyarakat.
Dengan memiliki
kemampuan literasi media, masing-masing individu akan memiliki kontrol yang lebih terhadap efek media. Kemampuan ini
dapat membantu individu memanfaatkan pesan-pesan dari media dengan lebih baik.
Selain itu, literasi media juga membantu individu memiliki cara berpikir yang
lebih independen dan termotivasi untuk mencari informasi yang lebih luas.
Sumber:
James W. Potter. 2005. Media Literacy. 6th Edition.
Sumadiria, A.S. Haris. 2014. Sosiologi Komunikasi Massa. Bandung: Simbiosa
Rekatama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar