Minggu, 29 Mei 2016

Kebebasan Berekspresi di Era New Media



          Kaitannya literasi media dan kebebasan berekspresi sangatlah erat, selain warga negara yang memiliki kebebasan berekspresi, media juga berhak berekspresi terhadap informasi- informasi yang akan disampaikannya lewat headline berita. Hal yang menjadi sorotan adalah kebebasan berekspresi media terutama di Indonesia masih dicampuri oleh kepentingan pemilik media. Jika pada masa orde baru media hanyalah corong pemerintah, saat ini kepentingan pemilik media sangat mengambil peran dalam berjalannya sebuah media.

             Kita dapat melihat contoh kasus yang terjadi pada dua stasiun televisi besar, TV ONE dan Metro TV yang kala pilpres 2014 berlangsung membela kubu yang didukung oleh masing- masing pemilik media. Praktik kebebasan berekspresi saat itu bagi kedua media tersebut mati karena campur tangan pemilik media. Kasus seperti harusnya dapat dihindari dengan adanya literasi media sehingga tidak mengganggu kebebasan berekspresi bagi penikmat media dalam menentukan keputusan terutama keputusan politik.

KONSTRUKSI MEDIA

          Untuk mendukung keberhasilan literasi media, sebagai individu kita harus mengenal teori konstruksivisme yang merupakan dasar dari terbentuknya sebuah media. Berikut penjelasan mengenai konsep konstruksivisme media;

1.       Media merupakan hasil konstruksi.
Konten media merupakan cerminan dari kenyataan yang berlangsung. Pada kenyataannya  media menyajikan produksi redaksi yang terpengaruh oleh budaya ekonomi dan politik di media tersebut.

2.       Representasi media mengonstruksi realitas
Individu menerima pesan media dan menjadikan pesan tersebut sebagai tuntunan hidupnya dalam beraktivitas.

3.       Pesan media berisi nilai dan ideologi media
Pesan media yang terkontaminasi kepentingan pemilik media/ pemimpin redaksi terkadang harus dikritisi, karena mungkin saja terdapat propaganda terselubung di dalamnya.

4.       Pesan media berimplikasi sosial dan politik
Konten yang disampaikan media dapat berimplikasi terhadap sosial dan budaya di sebuah negara.

Informasi dari media yang merupakan hasil konstruksi harusnya tidak ditelan secara mentah- mentah oleh penggunanya. Perlu diingat bahwa semua orang perlu memahami media dan mendapatkan pendidikan literasi media, hal ini penting agar individu dapat memahami secara utuh informasi yang disampaikan oleh media, dan tidak menimbulkan kebingungan serta keraguan akan suatu informasi.


Livia Kristianti 
14140110102

Sumber:

Haryatmoko. 2007. Etika Komunikasi: Manipulasi Media, Kekerasan dan Pornografi. Yogyakarta: Kanisius.

James W. Potter. 2015. Media Literacy. 8th edition. Thousand Oakes California: Sage Publications.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar