Minggu, 27 Maret 2016

REALITA DAN EKSPEKTASI

REALITA DAN EKSPEKTASI
REVIEW ARTIKEL (KENYATAAN SEBENARNYA DAN KESAN SEPINTAS OLEH T. KRISPURWANA CAHYADI)

 Kesan dan Kenyataan adalah dua hal yang terlihat serupa tapi tak sama. Kita sering menganggap kesan terhadap sesuatu adalah kenyataan tentang sesuatu itu. Sebenarnya, hal itu merupakan kesalahan yang sering terjadi dalam penilaian pribadi kita. Kesan tidaklah selalu kenyataan. Tapi kenyataan adalah sesuatu yang dapat membentuk kesan dan persepsi kita dalam menilai sesuatu.  

Artikel yang ditulis oleh T. Krispurwana Cahyadi menceritakan kondisi kota- kota besar yang selalu ‘renovasi’ ketika hendak menerima tamu untuk acara- acara internasional. Kegiatan- kegiatan yang dianggap mengganggu keindahan dan kondisi jalan yang dilewati tamu tersebut ‘dibersihkan’ dari jalan itu. Contoh yang terdapat artikel tersebut menunjukan sikap manusia yang lebih mengutamakan kesan daripada kenyataan. Sebuah pernyataan T. Krispurwana Cahyadi dalam artikel ini membuat kita sadar secara umum ini adalah cara kerja semua orang dalam melakukan sesuatu:

“MENAMPILKAN DIRI SECARA BAIK, AGAR MENDAPATKAN KESAN BAIK"

SUMBER: youtube.com

KESAN: DILIHAT DAN DIDENGAR

Sebelum mengetahui perbedaan antara kesan dan kenyataan, kita harus mengenal yang berasal dari dalam diri kita yaitu kesan. Kesan merupakan suatu penilaian yang berasal dari diri manusia. Kesan kita terhadap sesuatu membentuk persepsi atau penilaian kita. Ketika kesan sudah memengaruhi cara berpikir kita, sikap dan penilaian kita menjadi sangat subjektif terhadap sesuatu itu. Kejadian atau perilaku orang lain yang kita lihat dan kita dengar membentuk kesan pertama kita terhadap kejadian atau orang tersebut.

Penilaian kita sebelum mengenal seseorang atau sesuatu lebih jauh menjadi kerangka berpikir kita. Hal pertama yang muncul ketika melihat orang atau sesuatu adalah penilaian kita yang muncul dari kesan terhadap orang atau sesuatu itu.  Kesan dapat ikut berubah ketika kita mengenal orang atau sesuatu itu lebih jauh. Jika kesan kita berubah terhadap seseorang atau sesuatu maka penilaian dan gambaran kita terhadap objek itu tentu ikut berubah.

Artikel ini menjelaskan bahwa sebuah kesan sangatlah penting dalam setiap penilaian yang dilakukan manusia. Banyak orang akhirnya berlomba- lomba membuat citra baik di depan semua orang agar dinilai baik. Kesan baik menimbulkan timbal balik yang baik pula di masyarakat mulai dari sikap, penghargaan dan penghormatan. Image building sengaja dilakukan untuk mendapatkan hal- hal tersebut. Jika masyarakat melihat orang dengan sikap kurang baik dan sikapnya tersebut kurang dari standar baik masyarakat tersebut maka mereka kurang mau memberikan sikap baik apalagi penghargaan dan penghormatan terhadap orang itu. 
  
Kesan dapat mengaburkan kenyataan karena lebih menilai sesuatu dari segi fisik dan tidak melihat kontennya. Tidaklah salah bila kita menilai sesuatu dari fisik atau dari yang terlihat namun, berhenti menilai sampai yang terlihat saja adalah tindakan yang kurang tepat. Penilaian kita menjadi tidak berimbang dan malah mungkin menjadikan kita berpikir negatif terhadap sesuatu atau seseorang.
 
Pembentukan kesan tentunya tak lepas dari suatu kepentingan. Setiap kesan yang dibentuk tentu memilki tujuan. Tujuan untuk mendapatkan pujian, penghargaan, dan penghormatan adalalah sebagian kecilnya. Contoh lainnya sebuah perusahaan roti tentunya akan membuat kesan rotinya adalah roti terenak dan sangat pantas untuk dibeli. Kadang kita terlalu terpesona pada kesan kita terhadap sesuatu. Kita lupa bahwa kenyataannya tidak seindah kesannya. Contohnya ketika kita terlena pada kesan roti enak dan layak untuk dibeli kita sebenarnya lupa pada kenyataan bahwa roti itu terlalu mahal untuk ukuran roti pada umumnya. Kesan diperlukan untuk memberikan suatu gambaran teretentu tapi janganlah kita terlalu terlena pada kesan.

PERBEDAAN KESAN DAN KENYATAAN

SUMBER: www.kampusholic.blogspot.com

Kesan memang diperlukan dalam kehidupan manusia. Namun tidak sembarang kesan bisa berguna. Kesan yang semu dapat membuat penggambaran realitas yang semu juga. Realitas semu bukanlah kenyataan. Kenyataan adalah hal yang benar- benar ada. Oleh karena itu, kita harus mewaspadai dan mengkritisi realitas semu ini. Janganlah kita berhenti pada kesan, teruslah mencari sampai kita menemukan kenyataan yang sebenarnya.

Kita harus memegang prinsip untuk tidak terlalu percaya pada pengamatan visual saja. Kita harus bisa menilai yang tak terlihat dan berupa fakta. Hal ini dikarekan sifat kesan yang tidak dogmatis. Jika kesan dogmatis muncul maka kesan tersebut akan menyesatkan dan membutakan. Kedua, sifat historis sebuah kesan harus dipertimbangkan. Jika kesan hanya selintas dan dijadikan acuan maka kesan itu tidak bernilai. Suatu jejak historis dapat dijadikan acuan, tapi jejak historis juga tidak dapat berguna jika kenyataan yang ada direkayasa. Rekayasa dapat menimbulkan kesan baik namun menyembunyikan kenyataan yang benar dan sah.

Harus kita akui untuk menemukan realitas memang tidak mudah, kita harus mencari hingga menemukan fakta dan mengolahnya sehingga berimbang untuk menjadi kenyataan. Kita harus berhati- hati agar tidak terjebak dalam realitas semu yang palsu. Memang melelahkan namun dibalik semua itu, kita dapat melihat dan merasakan proses penyadaran diri terhadap kenyataan yang sesungguhnya. (LK)  


LIVIA KRISTIANTI
14140110102


SUMBER ARTIKEL:
Kenyataan Sebenarnya dan Kesan Sepintas- T. Krispurwana Cahyadi (1995)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar