Minggu, 27 Maret 2016

Kenyataan Sebenarnya dan Kesan Sepintas

Demi suatu kesan kadang kita menutupi kenyataan yang sebenarnya. Demi dianggap seorang yang ramah, kita memasang senyum kepada orang banyak. Demi dianggap cantik, kita memakai make-up atau bahkan melakukan operasi plastik demi mendapat wajah impian semua orang. Setiap orang tentu ingin dapat memberi kesan baik, supaya dirinya dianggap baik pula.

Munculnya Sebuah Kesan

Kesan sangat mempengaruhi penilaian. Orang akan tertarik terhadap yang lainnya ditentukan oleh kesan ketika melihat orang tersebut. Kesan menentukan persepsi orang dalam menilai dan menanggapi sesuatu, bahkan sikap kita terhadap sesuatu juga ikut dipengaruhi oleh kesan yang kita dapatkan. Misal, tidak mungkin seseorang yang berpenampilan urakan dan gaya bicaranya tidak runtut akan memberi kesan positif dari orang lain. Kesan akan muncul ketika melihat penampilan atau sikap yang ditunjukkan orang lain.
Kesan yang kita berikan atas penampilan atau sikap yang ditampakkan oleh orang lain, menjadi kriteria penilaian atau persepsi kita atas orang itu.Apabila kesan kita akan seseorang berubah, gambaran dalam benak kita akan orang itu juga ikut berubah, persepsi kita tentang dia pun ikut berubah pula.
Pentingnya sebuah kesan, karena kesan itu akan menentukan penilaian dan persepsi. Maka dari itu, ada kecendrungan setiap orang untuk bisa dianggap dan dinilai baik oleh orang lain. Kesan baik akan membuat kita dianggap baik, bahkan kesan yang baik akan bisa menumbuhkan sikap baik, penghargaan atau penghormatan padanya. Demikian pula sebaliknya. Contohnya saja, kasus persepsi orang terhadap mereka yang berkulit hitam dan bertubuh kekar. Melihat sekilas tampilan seperti itu orang akan menganggap mereka terkesan seram, kejam, dan galak. Hal ini terjadi pada umumnya.
Permasalahannya yang muncul adalah bahwa kesan akan sesuatu didasarkan pada segi penampilan fisik atau segi visual. Kalau penampilannya urakan, ya akan dikatakan urakan. Kalau penampilannya rapi, ya dikatakan rapi. Namun, apabila kita hanya berhenti pada visual saja, kesan kita terhadap orang tidak akan sepenuhnya tepat. Orang yang terlihat rapi, belum tentu setiap saat akan rapi seperti pada saat kita melihat dia. Siapa tahu kesehariannya ternyata sangat berantakan, hanya kebetulan saja pada saat itu dia berpenampilan rapi. Kesan ini muncul dari apa yang kita lihat secara sepintas. Pada saat kita melihat, saat itu juga muncul kesan kita akan sesuatu yang kita lihat itu. Dan seringkali pengamatan itu tidaklah tepat. Penglihatan yang hanya sepintas saja belum bisa memberi gambaran tentang kenyataan yang sebenarnya, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya tentang orang yang berpakaian rapi hanya pada saat itu saja (secara kebetulan).


Kesan dan Kenyataan

Kesan belum tentu menggambarkan kenyataan. Kalau kita hanya berpegang teguh pada kesan, apalagi yang sekilas, maka yang terjadi adalah pengamatan, persepsi, dan penilaian kita akan menjadi tidak tepat. Hal ini dikarenakan kita tidak memahami kenyataan yang sebenarnya. Kesan tetap sesuatu yang penting dan diperlukan. Namun, tidak sembarang kesan bisa berguna, kesan yang semu akan bisa membuat penggambaran realitas yang semu pula. Sehingga, jangan hanya berhenti pada kesan, jangan puas dengan hipotesa.
Prinsip pertama yang perlu dipegang adalah jangan terlalu percaya pada pengamatan visual, apalagi visual sepintas. Karenanya, janganlah terlalu berpegang teguh pada kesan yang sudah kita miliki. Selain itu, perlu kita pertimbangkan juga sifat historis sebuah kesan. Namun, perlu diteliti lagi sifat historis tersebut karena bisa jadi kenyataan historis tersebut adalah kenyataan hasil rekayasa.
Tidak bisa dipungkiri bahwa menangkap kesan dan memahami realitas memang tidak mudah. Penyadaran bahwa betapa di tengah realitas ini sering ada banyak kepalsuan, realitas semu, realitas yang diciptakan demi suatu kesan baik yang hanya sesaat saja atau realitas yang diciptakan demi suatu kepentingan tertentu. Janganlah menjadi orang yang apatis akan realitas supaya tidak gampang tertipu oleh kesan sepintas.

Walaupun begitu, kesan yang ada juga bisa dipengaruh dari lingkungan dan hal-hal yang pernah kita lihat sebelumnya. Seperti contoh tadi; tentang laki-laki kekar dan berkulit hitam, kita bisa menangkap kesan bahwa orang itu seram dan kejam darimana? Tidak mungkin juga suatu kesan bisa terlintas begitu saja di otak kita tanpa ada pengaruh dan dasar yang sebelumnya pernah kita alami.

Regina Bertha Utami Kumala
14140110044
[sumber: Kenyataan Sebenarnya dan Kesan Sepintas - Basis, November 1995 / T. Krispurwana Cahyadi] 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar