MENDALAMI MAKNA FILSAFAT
FIL- SA- FAT, FILSAFAT. Ketika membaca atau
mendengar kata ini tentu masyarakat awam berpikir bahwa filsafat adalah sesuatu
yang rumit dan sulit untuk dimengerti. Imajinasi kita mungkin membawa kita
melihat bahwa filsafat ada diluar jangkauan manusia biasa dan hanya dapat
dimengerti oleh manusia- manusia super di setiap eranya. Kenyataannya tanpa
adanya filsafat kita bukanlah apa- apa. Filsafat adalah dasar dari segala ilmu
pengetahuan yang selama ini kita kenal di sekolah baik secara formal maupun non
formal.
Sebelum berbicara jauh, mari kenali dulu
pengertian kata filsafat ini. Kata filsafat berasal dari yunani yaitu
filosofia. Filosofia sendiri berasal dari gabungan kata filein yang artinya
cinta dan sofia yang artinya bijak. Artinya, filsafat adalah mencintai kebijakan
dan pelaku filsafat adalah para pencinta kebijakan. Seperti yang sudah
dikatakan, filsafat merupakan dasar dari segala ilmu pengetahuan, Jika
diibaratkan, maka filsafat adalah ibu yang melahirkan banyak anak yaitu
pengetahuan yang terus berkembang bagi umat manusia.
Sebagai seorang ibu, filsafat harus mendasar
dan mengakar. Jika akar suatu tumbuhan tidak kuat, maka tumbuhan itu akan
segera mati. Filsafat harus mengakar dan mendalami perkara dan masalah yang ada
di masyarakat untuk ditemukan solusinya yang berupa pengetahuan. Ketika kita
sedang berusaha memahami sesuatu dan akhirnya mencari tahu tentang sesuatu itu,
maka kita sedang berfilsafat. Filsafat memiliki sifat menyelidiki secara
kritis,mendalam, dan berimbang tidak hanya sekedar skeptis namun kita juga
menyelidiki hal yang membuat kita menjadi skeptis.
Metode inilah yang dipakai dalam mendalami
suatu masalah. Ada juga pembagian masalah untuk metode reflektif (menyelidiki
secara mendalam) ini, yaitu melihat masalah secara menyeluruh dan secara luas.
Filsafat sangat berbeda dengan ilmu- ilmu pengetahuan lain yang sudah memiliki
metode menganalisis masalah yang terperinci.
SEJARAH FILSAFAT
Ada tiga era
pembagian sejarah filsafat. Era pertama adalah yunani kuno, era kedua adalah
masa pencerahan (sekitar abad 20an), dan yang terakhir adalah era posmodern.
MASA YUNANI KUNO
Pada era Yunani
Kuno filsafat meneliti kenyataan atas dualisme yang terbentuk. Dualisme akan
yang banyak (jamak) dan yang satu (tunggal). Mereka mencari kasunyataan jati
yang terdapat dalam filsafat. Merek terus berupaya mencari kesatuan dari
multiplitas gejala alam. Dalam pencarian kasunyataan jati tersebut, para filsuf
tersadar bahwa mereka ditantang oleh waktu. Hal ini yang membawa mereka kedalam
pencarian diri manusia dalam alam semesta. Menjadikan fokus filsafat bergeser
dan berfokus pada kosmos atau alam semesta.
Setelah era yunani
kuno berakhir munculah filsuf dari era pertengahan dengan ciri khas teologinya
yang selalu ingin mencari keberadaan Tuhan dalam fokus penelitiannya. Tuhan digambarkan sebagai causa prima dan memegang kekuasaan tertinggi atas segalanya.
Fokus teologi kembali
tergeser setelah munculnya masa akal budi manusia terus berkembang atau dikenal
sebagai era modern.
MASA PENCERAHAN
Era ini dipenuhi para pemikir yang menggunakan
kemampuan berpikirnya untuk menginterpretasikan hidup moral, sosial, politik,
dan religius. Filsafat kontemporer pun berkembang dengan pesat di era XX ini.
Fokus dari filsafat pun berubah- ubah dengan cepat mengikuti minat yang
berkembang saat itu. Filsafat modern
membahas hal- hal tentang epistemologi, sedangkan filsafsat kontemporer
melepaskan diri dari hal tersebut dan sering disebut sebagai filsafat analitik.
Filsafat analitik berfokus pada linguistik logis yang dapat membantu dalam memecahkan
masalah filosofis.
MASA POSMODERN
Era ini adalah kelanjutan dari filsafat modern
yang merupakan reaksi penentangan terhadap filsafat modern. Posmodern menekankan fokus manusia yang ternyata tidak
dapat berbuat apa- apa, karena rupanya para filsuf di era posmo ini membantah
adanya pengetahuan objektif, universal, dan pasti. Menurut filsuf di era posmo, setiap kejadian yang ada di muka
bumi ini bersifat independen sehingga tidak dapat diarahkan menuju sebuah
kesatuan dan keutuhan yang pasti. Manusia terperangkap dalam budaya tertentu
dan memiliki nilai yang berbeda- beda.
Filsafat di era posmo
menegaskan bahwa para filsuf era modern telah kehilangan identitasnya karena
setiap kejadian yang terdapat di muka bumi dapat berjalan dengan sendirinya
tanpa perlu adanya campur tangan mereka. Manusia terlalu dikekang oleh para
pemilik “ilmu pengetahuan” di masa lalu, seharusnya manusia dapat menentukan,
merencanakan, dan menegaskan kepribadiannya secara bebas tanpa campur tangan elite kekuasaan.
PERANAN FILSAFAT
Filsafat menghasilkan ilmu dan ilmu
pengetahuan. Ilmu adalah pengetahuan yang sudah diujikan, sedangkan ilmu
pengetahuan adalah pengetahuan yang sudah ada metodenya. Filsafat membahas tiga
aspek menurut perkembangan sejarahnya. Aspek pertama adalah alam semesta,
manusia ingin mencari cara untuk menguasai alam dan cara memiliki alam semesta.
Aspek kedua adalah manusia, manusia sendiri ingin mengetahui sebenarnya tujuan
manusia ada. Aspek yang ketiga adalah Tuhan, manusia ingin mencoba mendalami
Tuhan dengan ratio sebagai alat ukurnya. Ketiga aspek ini yang membuat filsafat
melahirkan ilmu pengetahuan atau istilah lainnya adalah science.
Untuk melahirkan sebuah ilmu pengetahuan
dibutuhkan cara berpikir untuk menemukan nilai penting dari suatu masalah. Ciri
berpikir yang radikal atau dikenal dengan berpikir secara mengakar, berpikir
universal atau dikenal dengan berpikir secara umum berdasarkan pengalaman
manusia, dan berpikir secara bertanggungjawab artinya masalah yang dipecahkan
sesuai dengan hati nurani manusia. Ketiga hal itu adalah beberapa ciri berpikir
dari banyak ciri berpikir seorang filosofis.
Penjelasan singkat itu sudah cukup menjelaskan bahwa filsafat
menghasilkan banyak manfaat dengan menciptakan ilmu pengetahuan yang beraneka
ragam dalam kehidupan manusia. Berkat filsafat, kita memahami pentingnya
berpikir secara mendalam untuk mendapatkan suatu ilmu. Semoga bermanfaat. (LK)
Livia Kristianti
14140110102
Sumber Artikel:
Lubis, Akhyar Yusuf. 2015. Filsafat Ilmu: Klasik Hingga Kontemporer. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Artikel sejarah filsafat dan peranan filsafat
Artikel sejarah filsafat dan peranan filsafat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar