Minggu, 27 Maret 2016

MENDALAMI MAKNA FILSAFAT

MENDALAMI MAKNA FILSAFAT

FIL- SA- FAT, FILSAFAT. Ketika membaca atau mendengar kata ini tentu masyarakat awam berpikir bahwa filsafat adalah sesuatu yang rumit dan sulit untuk dimengerti. Imajinasi kita mungkin membawa kita melihat bahwa filsafat ada diluar jangkauan manusia biasa dan hanya dapat dimengerti oleh manusia- manusia super di setiap eranya. Kenyataannya tanpa adanya filsafat kita bukanlah apa- apa. Filsafat adalah dasar dari segala ilmu pengetahuan yang selama ini kita kenal di sekolah baik secara formal maupun non formal.



Sebelum berbicara jauh, mari kenali dulu pengertian kata filsafat ini. Kata filsafat berasal dari yunani yaitu filosofia. Filosofia sendiri berasal dari gabungan kata filein yang artinya cinta dan sofia yang artinya bijak. Artinya, filsafat adalah mencintai kebijakan dan pelaku filsafat adalah para pencinta kebijakan. Seperti yang sudah dikatakan, filsafat merupakan dasar dari segala ilmu pengetahuan, Jika diibaratkan, maka filsafat adalah ibu yang melahirkan banyak anak yaitu pengetahuan yang terus berkembang bagi umat manusia.

Sebagai seorang ibu, filsafat harus mendasar dan mengakar. Jika akar suatu tumbuhan tidak kuat, maka tumbuhan itu akan segera mati. Filsafat harus mengakar dan mendalami perkara dan masalah yang ada di masyarakat untuk ditemukan solusinya yang berupa pengetahuan. Ketika kita sedang berusaha memahami sesuatu dan akhirnya mencari tahu tentang sesuatu itu, maka kita sedang berfilsafat. Filsafat memiliki sifat menyelidiki secara kritis,mendalam, dan berimbang tidak hanya sekedar skeptis namun kita juga menyelidiki hal yang membuat kita menjadi skeptis.

Metode inilah yang dipakai dalam mendalami suatu masalah. Ada juga pembagian masalah untuk metode reflektif (menyelidiki secara mendalam) ini, yaitu melihat masalah secara menyeluruh dan secara luas. Filsafat sangat berbeda dengan ilmu- ilmu pengetahuan lain yang sudah memiliki metode menganalisis masalah yang terperinci.

SEJARAH FILSAFAT

        Ada tiga era pembagian sejarah filsafat. Era pertama adalah yunani kuno, era kedua adalah masa pencerahan (sekitar abad 20an), dan yang terakhir adalah era posmodern

MASA YUNANI KUNO

     Pada era Yunani Kuno filsafat meneliti kenyataan atas dualisme yang terbentuk. Dualisme akan yang banyak (jamak) dan yang satu (tunggal). Mereka mencari kasunyataan jati yang terdapat dalam filsafat. Merek terus berupaya mencari kesatuan dari multiplitas gejala alam. Dalam pencarian kasunyataan jati tersebut, para filsuf tersadar bahwa mereka ditantang oleh waktu. Hal ini yang membawa mereka kedalam pencarian diri manusia dalam alam semesta. Menjadikan fokus filsafat bergeser dan berfokus pada kosmos atau alam semesta.
      
      Setelah era yunani kuno berakhir munculah filsuf dari era pertengahan dengan ciri khas teologinya yang selalu ingin mencari keberadaan Tuhan dalam fokus penelitiannya.  Tuhan digambarkan sebagai causa prima dan memegang kekuasaan tertinggi atas segalanya.
     
    Fokus teologi kembali tergeser setelah munculnya masa akal budi manusia terus berkembang atau dikenal sebagai era modern.

MASA PENCERAHAN     
    
     Era ini dipenuhi para pemikir yang menggunakan kemampuan berpikirnya untuk menginterpretasikan hidup moral, sosial, politik, dan religius. Filsafat kontemporer pun berkembang dengan pesat di era XX ini. Fokus dari filsafat pun berubah- ubah dengan cepat mengikuti minat yang berkembang saat itu.  Filsafat modern membahas hal- hal tentang epistemologi, sedangkan filsafsat kontemporer melepaskan diri dari hal tersebut dan sering disebut sebagai filsafat analitik. Filsafat analitik berfokus pada linguistik logis yang dapat membantu dalam memecahkan masalah filosofis.

MASA POSMODERN
                
        Era ini adalah kelanjutan dari filsafat modern yang merupakan reaksi penentangan terhadap filsafat modern. Posmodern menekankan fokus manusia yang ternyata tidak dapat berbuat apa- apa, karena rupanya para filsuf di era posmo ini membantah adanya pengetahuan objektif, universal, dan pasti. Menurut filsuf di era posmo, setiap kejadian yang ada di muka bumi ini bersifat independen sehingga tidak dapat diarahkan menuju sebuah kesatuan dan keutuhan yang pasti. Manusia terperangkap dalam budaya tertentu dan memiliki nilai yang berbeda- beda.

       Filsafat di era posmo menegaskan bahwa para filsuf era modern telah kehilangan identitasnya karena setiap kejadian yang terdapat di muka bumi dapat berjalan dengan sendirinya tanpa perlu adanya campur tangan mereka. Manusia terlalu dikekang oleh para pemilik “ilmu pengetahuan” di masa lalu, seharusnya manusia dapat menentukan, merencanakan, dan menegaskan kepribadiannya secara bebas tanpa campur tangan elite kekuasaan.   

PERANAN FILSAFAT

Filsafat menghasilkan ilmu dan ilmu pengetahuan. Ilmu adalah pengetahuan yang sudah diujikan, sedangkan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang sudah ada metodenya. Filsafat membahas tiga aspek menurut perkembangan sejarahnya. Aspek pertama adalah alam semesta, manusia ingin mencari cara untuk menguasai alam dan cara memiliki alam semesta. Aspek kedua adalah manusia, manusia sendiri ingin mengetahui sebenarnya tujuan manusia ada. Aspek yang ketiga adalah Tuhan, manusia ingin mencoba mendalami Tuhan dengan ratio sebagai alat ukurnya. Ketiga aspek ini yang membuat filsafat melahirkan ilmu pengetahuan atau istilah lainnya adalah science.

Untuk melahirkan sebuah ilmu pengetahuan dibutuhkan cara berpikir untuk menemukan nilai penting dari suatu masalah. Ciri berpikir yang radikal atau dikenal dengan berpikir secara mengakar, berpikir universal atau dikenal dengan berpikir secara umum berdasarkan pengalaman manusia, dan berpikir secara bertanggungjawab artinya masalah yang dipecahkan sesuai dengan hati nurani manusia. Ketiga hal itu adalah beberapa ciri berpikir dari banyak ciri berpikir seorang filosofis.

         Penjelasan singkat itu sudah cukup menjelaskan bahwa filsafat menghasilkan banyak manfaat dengan menciptakan ilmu pengetahuan yang beraneka ragam dalam kehidupan manusia. Berkat filsafat, kita memahami pentingnya berpikir secara mendalam untuk mendapatkan suatu ilmu. Semoga bermanfaat. (LK)

Livia Kristianti
14140110102

Sumber Artikel: 
Lubis, Akhyar Yusuf. 2015. Filsafat Ilmu: Klasik Hingga Kontemporer. Jakarta: Raja Grafindo Persada 
Artikel sejarah filsafat dan peranan filsafat






  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar