Nim : 14140110412
Kenyataan Sebenarnya dan Kesan Sepintas
Munculnya Sebuah Kesan
Kesan sangat mempengaruhi penilain, Ketertarikan pada seseorang sering ditentukan oleh kesan ketika melihat orang tersebut. kesan menentukan persepsi orang dalam menilai dan menanggapi sesuatu, bahkan sikap kita terhadap sesuatu juga ikut dipengaruhi oleh kesan yang kita dapatkan. Kesan yang kita berikan atas penampilan atau sikap yang ditampakan oleh orang lain, menjadi kriteria penilaian atau persepsi kita atas orang itu, Akibatnya setiap melihat orang itu, langsung persepsi kita munvul dan secara apriori menjadi kerangka penilain kita. Betapa pentingnya sebuah kesan, Karena kesan itu akan menentukan penilaian dan persepsi, maka ada kecenderungan untuk mau dianggap dan dinilai baik oleh orang lain. Konsekuensinya, mencoba memberikan gambaran dan kesan yang baik. Permasalahan yang muncul adalah bahwa kesan akan sesuatu lebih didasarkan pada segi penampilan atau segi visual. Kalau penampilannya baik akan dikatakan baik. kalau secara Visual terlihat tertib, akan dikatakan tertib.
Kesan diperlukan untuk memberikan suatau gambaran tertentu. Kesan yang baik akan menumbuhkan gambaran yang baik. senyum yang ramah akan membuat orang menduga bahwa orang itu ramah
dan supel bergaul. kiranya itulah salah satu motif dasar mengapa orang ingin memberikan kesan baik.
Kesan dan Kenyataan
Kesan belum tentu Menggambarkan kenyataan. Kalau kita hanya berpegang teguh pada kesan, apalagi kesan sekilas, bisa membuat pengamatan, persepsi dan penilaian kita mejadi tidak tepat. Karena tidak memahami kenyatan yang sebenarnya. Yang mau dikatakan adalah jangan hanya berhenti pada kesan. jangan hanya puas dengan hipotesa. kalau hanya dengan sebuah kesan lalu kita merasa sudah mengenal realitas, maka kita mengingkari sifat realitas yang holistis, kompleks dan Multidimensi. Krean kesan yang kita punya perlu dihadapkan pada kenyataan sebenarnya.
Jangan terlalu berpegang teguh pada kesan yang sudah kita miliki. Kesan bukanlah sesuatu yang dogmatis. Karena kesan bisa menjadi konsep apriori dalam meniali sesuatu, maka kesan dogmatis bisa membutakan. selain itu yang perlu kita pertimbangkan adalah sifat historis dari sebuah kesan. Kesan yang kita simpulkan haruslah berdasar pada kenyataan historis. kalau kesan kita hanya dari hasil renungan kontemplatif atau gagasan atas realitas, kesan tersebut tidak akan berarti apa-apa.
Berhenti dan hanya percaya pada kesan sepintas itu hanyalah gejala dari orang yang tak mau tahu, apatis akan realitas. Faktanya juga seringkali orang yang mau berpegang pada kenyataan yang sebenarnya dan kesan yang setepatnya, justru adalah mereka yang kalah, sehingga dorongan untuk nmau menggali kenyataan sebenarnya cenderung mati sebelum ditumbuhkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar