Senin, 28 Maret 2016

Kenyataan Sebenarnya dan Kesan Sepintas


Jalan di negara kita kerap masih kurang enak dipandang, banyak pedagang kaki lima dan pengemis. Hal ini menjadi sebuah kebiasaan. Saking sudah biasanya, muncullah pertanyaan, “Lho, kok gitu?” saat diadakan pembersihan. Sebenarnya yang salah bukanlah tindakan sapu bersih tersebut, tetapi mengapa hal tersebut dipertanyakan.
            Demi sebuah kesan, kadang kita memilih untuk menutupi kenyataan. Misalnya, demi disebut cantik, kita memutuskan untuk memakai make-up atau melakukan operasi plastik. Demi dianggap ramah, kita memberikan senyum kepada siapa saja. Seperti itulah yang terjadi pada negeri ini. Menjelang KTT APEC, kawasan Jakarta dan Bogor juga bersih dan teratur. Sisanya? Kembali seperti sebelumnya. Semua hanya demi kesan yang baik.

Munculnya Sebuah Kesan
            Kesan sangat mempengaruhi penilaian dan sikap kita akan sesuatu. Ketertarikan pada seseorang sering ditentukan dengan bagaimana kesan ketika melihat orang tersebut.
            Mustahil kita bisa tertarik pada orang yang berpakaian sembarangan, rambut berantakan, dan bicara tidak jelas. Sebaliknya, kita akan tertarik pada mereka yang berpenampilan rapi dan wangi.
            Permasalahannya, kesan yang muncul pertama kali cenderung hanya secara visual atau berdasarkan penampilan. Kesan seperti ini berkemungkinan besar salah karena dilakukan secara sekilas.
            Permasalahan lain juga muncul ketika kesan kita terlalu dipengaruhi oleh kepentingan. Misalnya, ketika kita terlalu terkagum pada seseorang, kesan yang muncul selalu baik, tanpa kemudian dipertimbangkan ulang tingkat validasinya.


Kesan dan Kenyataan
            Kesan bukanlah kenyataan. Karena kesan adalah sesuatu yang kita ciptakan sendiri berdasarkan persepsi kita. Ketergantungan berlebih pada kesan dapat menciptakan bias pada kenyataan.
            Dalam menciptakan kesan, kita perlu berhati-hati dan bersikap kritis. Dan jangan berhenti hanya pada kesan. Kesan yang sudah kita ciptakan harus kembali dicocokkan dengan kenyataan.

Intinya jangan terlalu percaya pada pengamatan visual kita yang hanya sekilas itu. Dan kita juga harus ulet dalam mencari fakta serta data. Kegiatan seperti ini kadang melelahkan, tapi inilah langkah yang harus dilakukan agar kita sadar bahwa di tengah realitas kehidupan ini ada banyak kepalsuan.

CINDY
14140110101

Tidak ada komentar:

Posting Komentar