Setiap kali kita bertemu dengan orang atau objek tertentu
pasti akan menimbulkan kesan. Bisa kesan baik, bisa juga kesan buruk. Kesan
seringkali terbentuk dari segi penampilan (visual) yang hanya dapat dirasakan
oleh indra kita. Contohnya: terlihat sebuah kamar yang bersih, nyaman, harum.
Tentu kesan yang timbul dari indra kita, penglihatan kita bahwa kamar ini
bersih, indra penciuman kita bahwa ini kamar yang harum. Kesan yang timbul ini
adalah penglihatan sekilas yang belum tentu pada kenyataannya benar seperti
itu. Bisa saja jika pada kenyataannya kamar itu sebenarnya kotor dan bau. Hanya
karena anda mau berkunjung ke kamar itu makanya dibersihkan dan dirapikan. Dari
kesan yang ingin ditampilkan dari kamar ini akan muncul persepsi. Sudah pasti
persepsi yang muncul adalah pemilik kamar ini orangnya rajin, bersih.
Menimbulkan kesan yang baik.
Dari
ilustrasi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kesan belum tentu menggambarkan
kenyataan sebenarnya. Orang biasanya membuat kesan baik agar bisa mendapat
penilaian dan persepsi baik dari orang lain. Jadi kita jangan mudah percaya
pada suatu kesan yang dibuat, bisa jadi itu adalah sebuah topeng yang dibuat
untuk menutup-nutupi suatu realitas kenyataan. Tapi jangan berpikiran bahwa
kesan yag timbul dalam diri anda itu tidak baik dan harus dihapuskan. Anda
salah besar kalau berpikir senperti itu. Karena pada dasarnya kesan itu memang
diperlukan. Namun tidak semua kesan itu benar sesuai dengan realitas.
Pintar-pintarnya kita dalam memilih suatu kesan yang dibuat oleh orang atau
suatu objek.
Janganlah
berhenti pada kesan. Kita tidak boleh puas hanya pada hipotesa yang kita dibuat.
Anggapannya jika pada pembuatan karya ilmiah, anda tidak boleh puas pada
perkiraan hasil (hipotesa) yang anda buat di bab 1. Akan tetapi anda harus
terus menggali melewati tahapan bab demi bab agar bisa membuktikan apakah
hipotesa yang anda buat di bab 1 itu betul atau salah. Jangan “stak/mandek”
sampai disitu. Teruislah bertanya kenapa? mengapa? Sampai anda pasti dengan
kenyataan yang sesungguhnya. Jika kesan yang telah kita bangun ternyata salah,
kita wajib mengubahnya.
Harus
diakui bahwa ini sulit dilakukan. Kita lebih sering berpegang pada kesan
sepintas dibanding untuk mencari kenyataan sesungguhnya. Keuletan dalam mencari
data dan fakta harus membutuhkan ketekunan dan waktu yang tidak sedikit
sehingga memunculkan realitas asli. Hasil yang didapat akan berdampak pada
penyadaran bahwa banyak kepalsuan di sekitar kita. Maka dari itu teruslah
menggali jangan hyanya percaya pada kesan sepintas yang mungkin sekedar kedok
atau topeng belaka.
Nonna Sabrina Cendana 14140110096
Etika Filsafat B
Tidak ada komentar:
Posting Komentar