Jumat, 25 Maret 2016

Artikel Ilmu Pengetahuan dalam perspektif ontologis



Ilmu Pengetahuan dalam perspektif ontologis 

Ontologis merupakan studi yang membahas mengenai sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh filsuf yang memliki pandangan yang bersifat ontologi adalah Thales, Plato dan Aristoteles.
Hakikat kenyataan dapat didekati secara ontologis berdasarkan dua sudut pandang. Pertama sudut pandang kuantitatif, yaitu dengan mempertanyaan apakah kenyataan itu tunggal atau jamak? Kedua, sudut pandang kualitatif. Yaitu dengan mempertanyaan apakah kenyataan mempunyai kualitas tertentu, seperti daun yang memiliki warna kehijauan, dan bunga yang berbau harum.
Runtuhnya cara pandang yang didasarkan pada mitos-mitos, dipengaruhi oleh cara pandang yang mulai mendasarkan penjelasan kenyataan dunia menurut akal sehat. Seiring berjalannya waktu, refleksi manusia berkembang dan meninggalkan cara pandang metafisis (kenyataan) dalam pengembangan alam karena metafisika yang menggunakan bahasa yang naturak yang dapat bersifat tidak jelas, ambigu dll.
Perkembangan filsafat pertama (metafisika) yang menggunakan bahasa natural dan sampai pada filsafat alam (fisika) yang menggunakan bahasa formal bertujuan sama, yakni memahami realitas menurut suatu hukum akal budi yang bersifat universal yaitu ontologi.
Pokok persoalan yang harus dijelaskan sejak fisafat pertama hingga filsafat alam adalah hakikat kenyataan yang terkondisi secara berbeda-beda oleh sebuah konteks. Konteks metafisika adalah pencarian pengetahuan murni sebagai pengetahuan sejati, yakni pengetahuan yang tunggal dan tidak berubah-ubah. Sedangkan konteks fisika adalah pengalaman yang berubah-ubah, partikularistik dan historis.
Dewasa ini pembagian ilmu pengetahuan ke dalam tiga kelompok ilmu pengetahuan meliputi ilmu-ilmu alam (natural science), ilmu-ilmu sosial budaya (sosial Science), dan ilmu-ilmu terapan (applied science). Meskipun begitu, perkembangan ilmu pengetahuan telah mengalami spesialisasi, bahkan sub-spesialisasi yang semakin jauh dari induknya, sehingga tugas etika menjadi lebih sulit dan menantang untuk memberikan pertimbangan etis terhadap perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin bersifat super-spesialis.

Ilmu Pengetahuan Dalam Perspektif Etis.
Etika mempelajari nilai yang menjadi standar moral bagi kenyataan yang dapat diketahui dan dilakukan menurut penilaian baik atau buruk. Sebagai norma perilaku, etika berbicara tentang apa yang boleh dan harus dilakukan dan apa yang dilarang atau tidak boleh dilakukan. Etika merupakan carang filsafat karena berbicara tentang kenyataan dari sudut pandang yang bersifat non-empiris.
Sebagai ilmu pengetahuan normatif, etika melampaui hukum karena hukum berbicara tentang hukum sebagai kenyataan empiris , yakni aturan-aturan yang ada. Sedangkan etikaberbicara tentang kenyataan non-empiris, yakni apa yang harus ada dalam aturan-aturan positif.
Dua teori etika yang paling utama adalah etika teologis dan etika deontologis. Etika teologis mengatakan bahwa suatu perbuatan adalah baik jika sesuai dengan tujuan kodrat. Etika deontologis menolak bertindak menurut preskripsi moral yang ada, sebaliknya mendasarkan tindakan pada kehendak pribadi yang otonom.
Dari dua sumber etika utama ini, lahir dan berkembang banyak aliran etika antara lain pandangan Marxian, etika Kantian, etika Habermasian yang merupakan sintesis dari kedua teori etika yang dianggap relevan dalam tinjauan mengenai dimensi etis ilmu pengetahuan.   

Dzikra Fanada
14140110240
Kelas B


Tidak ada komentar:

Posting Komentar