Ilmu Pengetahuan
dalam perspektif ontologis
Ontologis merupakan
studi yang membahas mengenai sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh filsuf yang
memliki pandangan yang bersifat ontologi adalah Thales, Plato dan Aristoteles.
Hakikat kenyataan
dapat didekati secara ontologis berdasarkan dua sudut pandang. Pertama sudut
pandang kuantitatif, yaitu dengan mempertanyaan apakah kenyataan itu tunggal
atau jamak? Kedua, sudut pandang kualitatif. Yaitu dengan mempertanyaan apakah
kenyataan mempunyai kualitas tertentu, seperti daun yang memiliki warna
kehijauan, dan bunga yang berbau harum.
Runtuhnya cara
pandang yang didasarkan pada mitos-mitos, dipengaruhi oleh cara pandang yang
mulai mendasarkan penjelasan kenyataan dunia menurut akal sehat. Seiring berjalannya
waktu, refleksi manusia berkembang dan meninggalkan cara pandang metafisis
(kenyataan) dalam pengembangan alam karena metafisika yang menggunakan bahasa
yang naturak yang dapat bersifat tidak jelas, ambigu dll.
Perkembangan filsafat
pertama (metafisika) yang menggunakan bahasa natural dan sampai pada filsafat
alam (fisika) yang menggunakan bahasa formal bertujuan sama, yakni memahami
realitas menurut suatu hukum akal budi yang bersifat universal yaitu ontologi.
Pokok persoalan
yang harus dijelaskan sejak fisafat pertama hingga filsafat alam adalah hakikat
kenyataan yang terkondisi secara berbeda-beda oleh sebuah konteks. Konteks metafisika
adalah pencarian pengetahuan murni sebagai pengetahuan sejati, yakni
pengetahuan yang tunggal dan tidak berubah-ubah. Sedangkan konteks fisika
adalah pengalaman yang berubah-ubah, partikularistik dan historis.
Dewasa ini
pembagian ilmu pengetahuan ke dalam tiga kelompok ilmu pengetahuan meliputi
ilmu-ilmu alam (natural science), ilmu-ilmu sosial budaya (sosial Science), dan
ilmu-ilmu terapan (applied science). Meskipun begitu, perkembangan ilmu
pengetahuan telah mengalami spesialisasi, bahkan sub-spesialisasi yang semakin
jauh dari induknya, sehingga tugas etika menjadi lebih sulit dan menantang
untuk memberikan pertimbangan etis terhadap perkembangan ilmu pengetahuan yang
semakin bersifat super-spesialis.
Ilmu Pengetahuan Dalam
Perspektif Etis.
Etika mempelajari
nilai yang menjadi standar moral bagi kenyataan yang dapat diketahui dan
dilakukan menurut penilaian baik atau buruk. Sebagai norma perilaku, etika
berbicara tentang apa yang boleh dan harus dilakukan dan apa yang dilarang atau
tidak boleh dilakukan. Etika merupakan carang filsafat karena berbicara tentang
kenyataan dari sudut pandang yang bersifat non-empiris.
Sebagai ilmu
pengetahuan normatif, etika melampaui hukum karena hukum berbicara tentang
hukum sebagai kenyataan empiris , yakni aturan-aturan yang ada. Sedangkan
etikaberbicara tentang kenyataan non-empiris, yakni apa yang harus ada dalam
aturan-aturan positif.
Dua teori
etika yang paling utama adalah etika teologis dan etika deontologis. Etika teologis
mengatakan bahwa suatu perbuatan adalah baik jika sesuai dengan tujuan kodrat. Etika
deontologis menolak bertindak menurut preskripsi moral yang ada, sebaliknya
mendasarkan tindakan pada kehendak pribadi yang otonom.
Dari dua
sumber etika utama ini, lahir dan berkembang banyak aliran etika antara lain
pandangan Marxian, etika Kantian, etika Habermasian yang merupakan sintesis
dari kedua teori etika yang dianggap relevan dalam tinjauan mengenai dimensi
etis ilmu pengetahuan.
Dzikra Fanada
14140110240
Kelas B
Dzikra Fanada
14140110240
Kelas B
Tidak ada komentar:
Posting Komentar