Fellisia
14140110205
sumber foto : google
“Demi
suatu kesan kadang kita menutupi kenyataan yang sebenarnya, demi suatu kesan
cantik.” Sepenggal kalimat itulah yang membuat banyak individu berubah dalam
memandang suatu hal. Hal-hal apa saja. Dari benda, kejadian, momen, hingga
memandang manusia satu dengan yang lainnya. Tetapi mengapa individu bisa
memandang dalam beberapa perspektif? Mungkin saja individu yang sedang di perha
tikan tersebut memang dipandang seperti itu. Kita ambil contoh saja seperti
ini, saya menggunakan make up saat saya ke kampus, hal ini tidak biasa saya
lakukan. Saat teman saja dahlia memandang muka saya dengan make up, iapun
langsung memberi kesan dan mengomentari penampilan make up saya hari ini. Hal
ini memang sengaja saya lakukan untuk membuat kesan yang perbeda atau membuat
beragam perspektif di pikirannya dahlia.
Kesan
kita juga memengaruhi penilaian. Hal ini tentu benar, karena kesan pertama yang
kita lihat adalah kesan yang menempel erat di otak kita. Kesan tersebut belum
kita sangkut pautkan terlebih dahulu dengan keterlibatan kita dengan orang yang
lihat. kesan pertama ini adalah kesan dimana hanya kesan yang mata kita lihat
fisiknya. Kita sebagai individu memiliki kecenderungan “sok tahu”. Menilai
sesuai dengan apa yang kita lihat, buka apa yang kita alami. Kita memandang
seseorang yang berpakaian lusuh dan gaya bicaranya yang amburadul, kita akan
secara otomatis menganggap orang ini tidak berpendidikan atau tidak setara
dengan kita.
Kesan
pertama yang kita pandang terhadap seseorang akan tertanam begitu saja, sejauh
kesan kita terhadapnya tidak berubah. Berbeda jika, kesan seseorang yang kita
buat berubah, maka gambaran dibenak kita menegnai orang tersebut juga akan
berubah. Persepsi tentangnya juga akan otomatis ikut berubah pula.
sumber foto : google
Dari
sini, kita bisa beranggapan bahwa kesan adalah hal yang penting. Karena kesan
yang kita rangkai berdasarkan, penglihatan sekilas. Kesan yang kita bingkai
tergantung dari apa yang kita inginkan. Kesan yang baik, maupun kesan yang
buruk. Jika kesan yang buruk kita buat, maka dari persepsi dan pandangan kita
berubah. Bukan hanya itu saja, bisa jadi tingkah laku kita juga dalam
memandangnya atau dalam berbicara dengannya juga akan berubah. Ada
kecenderungan sikap “curiga” terhadap orrang yang kita beri kesan kurang baik.
Kesan
yang kita bentuk dari penglihatan sekilas itu juga dapat menipu. Seperti yang
dikatakan diatas, kesan itu kita buat dari apa yang kita lihat, bukan kita
alami. Seperti contoh halaman rumah yang sangat bersih dan tertata rapih, saat
sekilas kita melihatnya adalah suatu hal yang sangat indah. Padahal halaman
tersebut baru saja dibersihkan, dan banyak sampah dan dedaunan yang menumpuk
hingga menimbulkan bau yang tidak sedap. Dari contoh tersebut, kita dapat
mengerti bahwa kesan juga dapat mengaburkan pandangan kita terhadap suatu hal.
Maka
dari itu, kesan juga belum tentu menggambarkan atau menceritakan kenyataan yang
sebenarnya. Yang mau disampaikan dari rangkuman ini adalah kesan itu penting,
tetapi jangan langsung puas dengan pesan yang kita rangkai. Lebih kritis
kembali, mencoba mempertanyakan kembali apakah yang kita lihat sepintas itu
seusai dengan kenyataan sebenanrnya. Apakah itu hanya bingkai yang kita bikin ?
jika kita memahami kesan sebatas apa yang kita lihat, maka kesan itu juga tidak
membantu kita sama sekali dalam melihat realita yang ada. Bahkan, realita
tersebut akan berubah dengan realita yang kita rangkai sendiri dari kesan yang
kita pahami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar