Jumat, 25 Maret 2016

Kenyataan Sebenarnya dan Kesan Sepintas

Kezia Mariska- 14140110212
Review Paper

Sumber foto: http://www.paulaewanich.com/blog/how-to-make-the-perfect-first-impression-according-to-science

Demi suatu kesan kadang kita menutupi kenyataan yang sebenarnya. Demi kesan cantik, kita memakai make-up. Demi kesan ramah, kita sering memasang senyum kepada orang. Kita selalu mencpba memberikan gambaran dan kesan yang baik agar kita terlihat sesuai dengan yang diharapkan.

Kesan mempengaruhi penilaian. Kesan akan muncul ketika penampilan atau sikap yang ditunjukkan orang lain. Kesan juga  menentukan persepsi orang dalam menilai dan menanggapi sesuatu. Sikap kita terhadap sesuatu pun ikut terpengaruhi oleh kesan yang kita dapatkan.

Sebagai contoh, seseorang yang baru kita kenal terlihat sangat rapi. Kesan yang baik kemudian akan muncul di benak kita. Kesan menjadi gambaran tentang seseorang di dalam benak. Gambaran tersebut kemudian akan tertanam, sejauh kesan kita padanya tidak berubah.

Permasalahan yang muncul adalah kesan menjadi sesuatu yang lebih didasarkan pada segi penampilan atau visual saja. Kesan muncul dari apa yang kita lihat secara sepintas. Karena hanya sepintas, maka pengamatan kita sering tidak tepat. Penglihatan yang sepintas belum bisa memberikan gambaran tentang kenyataan yang sebenarnya.

Kesan yang tertanam hanya yang tampak pada saat itu saja. Tapi tentang apa yang tidak terlihat atau apa yang ada di balik pemandangan sekilas tidak masuk dalam pertimbangan kesan kita.

Permasalahan lain muncul ketika kesan yang kita dapatkan terlalu dipengaruhi dengan kepentingan. Kesan kita akan suatu tampilan visual seringkali tergantung pada perasaan yang tumbuh pada saat kita melihat penampilan itu. Kekaguman dan kebanggaan muncul tanpa mempersoalkan kembali apakah data itu valid.

Kesan diperlukan untuk memberikan suatu gambaran tertentu. Kesan baik akan menumbuhkan gambaran yang baik. Namun siapa sangka? Kesan baik hanya dijadikan motif untuk bisa mendapatkan keuntungan.

Kesan belum tentu menggambarkan kenyataan. Kalau kita hanya berpegang teguh pada kesan, apalagi kesan sekilas, dapat membuat pengamatan, persepsi, dan penilaian kita menjadi tidak tepat karena tidak memahami kenyataan yang sebenarnya.

Pengenalan akan sesuatu tidak bisa dimulai dengan “kepala kosong”, tanpa isi dan bayangan apa pun. Untuk itu, terhadap sebuah kesan yang kita dapatkan pun harus perlu hati-hati dan bersikap kritis. Jangan berhenti hanya pada kesan. Jangan puas hanya dengan dugaan. Kesan yang kita punyai harus dihadapkan pada kenyataan sebenarnya.

Prinsip pertama yang perlu dipegang adalah jangan terlalu percaya pada pengamatan visual yang kadang bersifat palsu atau ‘bertopeng’. Prinsip kedua adalah keuletan dalam mencari dan mengolah data dan fakta. Kedua prinsip tersebut nantinya akan membuahkan sikap untuk bergerak berdasarkan kenyataan sebenarnya.

Sumber:
Fotokopi paper dengan judul “Kenyataan Sebenarnya dan Kesan Sepintas”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar