HAKIKAT DAN OBJEK ILMU PENGETAHUAN
Ilmu pengetahuan sendiri sebenarnya memiliki
pengertian yang hampir sama dengan epistemologi. Tidak ada pembedaan secara
tegas antara epistemologi dengan ilmu pengetahuan. Kenyataannya di era posmo
ini kita dapat melihat dengan jelas bahwa epistemologi tidak memiliki batasan-
batasan yang jelas dalam kajiannya dan membuatnya berbeda dengan ilmu
pengetahuan. Yang jelas hakikat dari ilmu pengetahuan adalah upaya untuk
memecahkan masalah secara objektif yang merupakan sebuah kepastian.
PERSYARATAN ILMU PENGETAHUAN
Berikut adalah persyaratan ilmu pengetahuan menurut Van Melsen:
·
Metodis,
artinya ilmu pengetahuan memiliki metode yang logis dan koheren sebagai dasar
pembenaran teori- teorinya.
·
Sistematis,
artinya ilmu pengetahuan memiliki sistem.
·
Universal,
artinya pengetahuan dapat berlaku di mana saja dan kapan saja.
·
Objektif/
intersubjektif.
·
Progresif,
artinya mengikuti perubahan yang terjadidi masyarakat.
·
Dapat
digunakan dalam dunia nyata.
·
Tanpa
pamrih.
Selain Van Melsen tokoh lainnya yang
mengolongkan persyaratan pengetahuan sebagai ilmu adalah Robert Merton. Robert
Merton adalah seorang sosiolog yang mengemukakan ciri- ciri metode ilmiah yang
diterima luas, yakni mencakup lima nilai dasar:
·
Universalisme,
artinya kebenaran suatu ilmu pengetahuan melampaui batas- batas individu,
ruang, waktu, atau budaya.
·
Komunisme,
artinya ilmu pengetahuan harus disebarluaskan kepada masyarakat sehingga tidak
hanya kaum ilmuwan saja yang mengenal ilmu pengetahuan tapi seluruh lapisan
masyarakat juga merasakan yang namanya ilmu pengetahuan.
·
Ketanpa-pamrihan,
artinya pencarian ilmu pengetahuan memang dilandaskan untuk kepentingan umat
manusia bukan untuk mencari keuntungan dan penghormatan saja.
·
Skeptisisme,
sikap yang harus dimiliki seorang ilmuwan agar tidak cepat puas dengan ilmu
pengetahuan yang sudah ada.
·
Terorganisir,
sikap yang dimiliki seorang ilmuwan agar ilmu pengetahuan terus berkembang.
Ciri- ciri ilmu pengetahuan di atas adalah
peryaratan ilmu empiris- eksperimental atau dikenal sebagai ilmu positivistik.
Para pakar post modern menentang adanya hal- hal dan penggolongan persyaratan
ilmu pengetahuan dan menolak persyaratan- persyaratan tersebut.
EKSISTENSI ILMU PENGETAHUAN: METODE & SISTEM ILMU PENGETAHUAN
Metode- metode ilmiah didasarkan atas adanya
asumsi- asumsi ilmiah yang dikelompokan oleh Soberg dan Nett dan berikut lima
asumsi tersebut:
·
Ada
peristiwa atau fenomena yang terjadi secara berulang kembali atau peristiwa
yang mengikuti alur/ pola tertentu.
·
Ada
keyakinan bahawa ilmu pengetahuan adalah lebih utama dari kebodohan.
·
Ada keyakinan
bahwa pengalaman memberikan dasar yang dapat dipercaya bagi kebenaran ilmu
pengetahuan.
·
Ada
tatanan kausalitas dalam fenomena alam dan fenomena sosial dan manusia.
·
Ada asumsi
yang berkaitan dengan peneliti, antara lain:
§ Dorongan untuk memperoleh pengetahuan sebagai
alat memperbaiki kehidupan manusia.
§ Pengamat/ peneliti mampu menarik hakikat yang
ada pada fenomena yang diteliti.
§ Masyarakat ilmiah mendukung metode empiris sebagai dasar pencarian ilmu
pengetahuan.
Berikut adalah struktur yang terbentuk dalam
ilmu pengetahuan:
·
Objektivisme
·
Subjetivisme
·
Skeptisisme
·
Relativisme
·
Fenomenalisme
KEBENARAN ILMIAH DAN NON- ILMIAH
Ada 5 teori kebenaran dalam filsafat ilmu pengetahuan, berikut kelima
teori kebenaran tersebut:
·
Teori
kebenaran korespondensi
§ Teori ini menjelaskan bahwa satu teori dinyatakan
benar jika sesuai dengan kenyataan (realita/ fakta).
·
Teori kebenaran
koherensi
§ Teori ini menjelaskan bahwa kebenaran tercipta
berdasarkan kesesuaian antara satu pernyataan dengan pernyataan lainnya.
·
Teori kebenaran
pragmatis
§ Teori kebeneran pragmatis menekankan bahwa
kebenaran didapatkan ketika teori itu dapat digunakan dan bermanfaat bagi
manusia.
·
Teori kebenaran
performatif
§ Teori ini menyatakan bahwa kebenaran didapatkan
sesuai dengan apa yang dikatakan oleh manusia.
·
Teori kebenaran
paradigmatik
§ Teori ini menekankan bahwa satu teori akan
dianggap benar bila mendapatkan dukungan dari banyak pihak yang mendukung
keberadaan teori ini.
Kebenaran yang ilmiah dan non- ilmiah, memiliki
satu perbedaan di mana ada sebuah kebenaran yang memang tidak perlu dibuktikan
dengan angka atau pun teori. Hal ini dikarenakan kita sudah mengetahui
kebenaran tersebut tanpa perlu diadakannya pembuktian. (LK)
Livia
Kristianti
14140110102
Sumber:
Lubis, Akhyar Yusuf. 2015. Filsafat
Ilmu: Klasik Hingga Kontemporer. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar