Fellisia
14140110205
14140110205
Studi ontologis membahas mengenai,keberadaan sesuatu yang bersifat pasti atau konkret. Thales, Plato, Aristoteles merupakan tokoh Yunani yang menerapkan pandangan ontologis. Dasar realitas atau kenyataan berhubungan erat secara ontologis, berdasarkan dua sudut pandang. Sudut pandang kuantitatif dan kualitatif. Sudut pandang kuantitatif, mempersoalkan apakah kenyataan itu tunggal atau jamak. Berbeda dengan kualitatif, mempertanyakan apakah realitas memiliki kualitas tertentu. Dapat disederhanakan seperti ini, ontologi dapat dirumuskan sebagai ilmu yang membahas realitas atau kenyataan sebenarnya secara konkret.
Untuk sebagian orang yang ingin mendalami atau mempelajari semua hal mengenai kenyataan, perlu mempelajari konsep-konsep ontologi. Hal ini juga bermanfaat untuk ilmu-ilmu empiris, misalnya antropologi, sosiologi, kedokteran, dan lain-lainnya. Perkembangan penggunaan akal sehat didalam menjelaskan realitas membantu perkembangan bahasa dari bahasa natiral ke bahasa logis.
Sebagai metafisika atau filsafat pertama, metafisika memelopori perolehan pengetahuan teoritis mengenai kenyataan atau realitas dan mendasari filsafat lainnya seperti filsafat alam (fisika) sebagai sebuat sistem ilmiah. Kemudian, ilmu-ilmu alam memanfaatkan bahasa formal untuk mengungkapkan hakikat kenyataan. Dengan menggunakan logika, sehingga pernyataan-penyataan yang dibuat secara jelas terhadap apa yang sedang dibahas dan bedanya dengan hal-hal yang lainnya.
Untuk sebagian orang yang ingin mendalami atau mempelajari semua hal mengenai kenyataan, perlu mempelajari konsep-konsep ontologi. Hal ini juga bermanfaat untuk ilmu-ilmu empiris, misalnya antropologi, sosiologi, kedokteran, dan lain-lainnya. Perkembangan penggunaan akal sehat didalam menjelaskan realitas membantu perkembangan bahasa dari bahasa natiral ke bahasa logis.
Sebagai metafisika atau filsafat pertama, metafisika memelopori perolehan pengetahuan teoritis mengenai kenyataan atau realitas dan mendasari filsafat lainnya seperti filsafat alam (fisika) sebagai sebuat sistem ilmiah. Kemudian, ilmu-ilmu alam memanfaatkan bahasa formal untuk mengungkapkan hakikat kenyataan. Dengan menggunakan logika, sehingga pernyataan-penyataan yang dibuat secara jelas terhadap apa yang sedang dibahas dan bedanya dengan hal-hal yang lainnya.
Ontologi adalah, membahas apa yang ingin kita ketahui, dan seberapa jauh kita ingin mengetahui hal tersebut. Dari pemahaman ini muncullah teori tentang “ada”. Teori yang dimaksud adalah muncullah pertanyaan-pertanyaan mendasar, seperti contoh pertanyaan kenapa bisa ada teori? Atau kursi itu berasal dari mana sih ?
Selanjutnya ada epistemologi. Jika ontologi membahas apa yang ingin kita ketahui, maka epistemologi membahas tentang bagaimana cara kita mendapatkan pengetahuan. Pengetahuan tentang objek tertentu seperti sumber atau hakikat. Dari sinilah muncullah contoh pertanyaan seperti, bagaimana manusia itu tahu, bahwa benda yang disebut kursi itu adalah kursi?
Cabang yang ketiga adalah axiologi. Axiology adalah mempelajari mengenai teori nilai. Mempelajari kegunaan atau tujuan ilmu pengetahuan. Apa itu imu pengetahuan ? ilmu pengetahuan adalah ilmu eksaktas. Ilmu pengetahuan tentu berbeda dengan pengetahun. Kalau pengetahuan, baru menjadi hal yang luas dan belum diuji. Berbeda dengan ilmu pengetahuan, membutuhkan metode ilmiah dan sudah teruji keabsahannya.
Sebelum manusia menemui peradabanpun, manusia dulu bergantung kepada “Mitos” . mereka menganggap bahwa dari mitos dapat menjadi pengetahuan dan hasil akhirnya adalah ilmu pengetahuan. Di pertemuan ketiga juga membahas, apa itu pengetahuan agama dan pengetahuan sains? Pengetahuan agama adalah hal yang tidak perlu dipertanyakan. Memang sudah begitu apa adanya. Kita sebagai manusia hanya menerima saja. Berbeda dengan pengetahuan sains, berdasarkan metode-metode pasti untuk membuktikan suatu hal.
sumber : paper ilmu pengetahuan dalam perspektif ontologi, materi dikelas, dan paper filsafat ilmu klasik hingga kontemporer.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar