Jumat, 25 Maret 2016

Artikel Sejarah Filsafat



I. Zaman Yunani hingga Abad awal XX
Dalam artikel ini, diceritakan bagaimana perjalanan filsafat mulai dari zaman Yunani hingga abad XX. Filsafat selalu dikaitkan dengan mencari kebijakan, hal tersebut juga dimuat dalam artikel ini. Juga bagaimana awal mula filsafat pada pra-sokratik mencari bahan utama yang mendasari dari segala hal yang ada. Lalu masuk pada abad pertengahan dimana kebayak filsuf saat itu juga merangkap sebagai teolog, meliat bagaimana orang-orang saat itu selalu mengaitkan sesuatu dengan agama. Hingga muncul para pemikir Renaissance yang mulai mengalihkan perhatian mereka dari trologi dan budaya Abad Pertengahan ke alam yang diselidiki hukum-hukumnya untuk dimanfaatkan demi kepentingan manusia.
Perkembangan juga dipacu dengan dengan Zaman Akal Budi yang ditandai oleh gerakan pencarahan pada abad XVIII. Semangat umum pencerahan adalah rasionalitas. Pemikir dan penulis ssat itu percaya bahwa budi manusia cocok dan hanya sarana untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan manusia dan masyarakat. Hal ini terus berkembang hingga abad XX, dimana sering disebut dengan zaman Komteporer. Filsafat komteporer memusatkan perhatiannya lebih kepada filsafat analitik di negara-negara berbasis Inggris.

II. Posmodernisme dan Tanggapan Terhadapnya.
Feathersone melukiskan “posmodernisme” atau disingkat “posmo” sebagai istilah yang menarik, tetepi sekaligus mengjengkelkan untuk ditangkap maknanya. Pada posmo ini, banyak ungkapan dari para pendungkungnya yang menyentak, dan begitu beragam. Seperti Jean Francois Lyotard menilai bahwa keyakinan manusia modernis yang beredar merupakan isapan jempol belaka. Tujuan yang tunggal dan rasional yang bisa ditahapkan tidak pernah terwujud di dalam pengalaman manusia. Manusia terperangkap didalam budaya dan masyarakat tertentu dengan dengan tata nilai yang berbeda-beda. Tidak ada lagi batas tegas antara seni halus dan seni kasar.
Maka tidak mungkin bagi manusia untuk membuat ‘kisah akbar’ mengenai keseluruhan dan keutuhan. Kenyataan justru diwarnai oleh irrasionalitas yang kejam.
Jelas bahwa posmo tidak perlu dianggap mau menyampaikan ajaran. Sebab kalau pun kita mencoba menangkap ajaran yang dimuatnya, kemungkinannya kita terperangkap di dalam relativisme absolut. Relativisme absolut hanya mematikan manusia sebagai manusia. Sebab keyakinan mengenai adanya relativisme absolut berati kematian komunikasi dan dialog.
Tetap ada sumbangan positif dari posmo, kita diperingati akan marebaknya kebhinekaan, baik melaui kesadaran beranekanya masyarakat dengan paradigma masing-masing, maupun melalui perkembangan ilmu yang semakin mengarah ke spesialisai yang semakin rumit dengan jargon dan bahasanya yang khas.

III. Filsafat dan Peranannya
Filsafat sebenarnya mempunyai arena seluruh pengalaman dan segala hal yang ada. Hanya fokus perhatian berdeba-beda sesuai dengan minat yang diberikan oleh filsuf yang mempraktekannya. Filsafat juga bisa dimengerti sebagai pengetahuan mengenai hal-hal mendasar; sebagai uapaya mencari arti hidup; sebagai ilmu tentang ilmu; sebagai kosmologi spekulatif; sebagi teori bahasa; atau sebagai teori diskusi kritis.
Filsafat sebagai kritik terhadap pengalaman, termasuk ilmu-ilmu, dan sebagai upaya membentuk visi yang koheren , logis dan tepat-guna, tidak dapat dipisahkan dari satu dan yang lainnya.

Dzikra Fanada
14140110240
Kelas B

Tidak ada komentar:

Posting Komentar