I. Zaman Yunani hingga Abad awal XX
Dalam artikel
ini, diceritakan bagaimana perjalanan filsafat mulai dari zaman Yunani hingga
abad XX. Filsafat selalu dikaitkan dengan mencari kebijakan, hal tersebut juga
dimuat dalam artikel ini. Juga bagaimana awal mula filsafat pada pra-sokratik
mencari bahan utama yang mendasari dari segala hal yang ada. Lalu masuk pada
abad pertengahan dimana kebayak filsuf saat itu juga merangkap sebagai teolog,
meliat bagaimana orang-orang saat itu selalu mengaitkan sesuatu dengan agama.
Hingga muncul para pemikir Renaissance yang mulai mengalihkan perhatian mereka
dari trologi dan budaya Abad Pertengahan ke alam yang diselidiki hukum-hukumnya
untuk dimanfaatkan demi kepentingan manusia.
Perkembangan
juga dipacu dengan dengan Zaman Akal Budi yang ditandai oleh gerakan pencarahan
pada abad XVIII. Semangat umum pencerahan adalah rasionalitas. Pemikir dan
penulis ssat itu percaya bahwa budi manusia cocok dan hanya sarana untuk
memecahkan masalah yang berhubungan dengan manusia dan masyarakat. Hal ini
terus berkembang hingga abad XX, dimana sering disebut dengan zaman Komteporer.
Filsafat komteporer memusatkan perhatiannya lebih kepada filsafat analitik di
negara-negara berbasis Inggris.
II. Posmodernisme dan Tanggapan
Terhadapnya.
Feathersone
melukiskan “posmodernisme” atau disingkat “posmo” sebagai istilah yang menarik,
tetepi sekaligus mengjengkelkan untuk ditangkap maknanya. Pada posmo ini,
banyak ungkapan dari para pendungkungnya yang menyentak, dan begitu beragam.
Seperti Jean Francois Lyotard menilai bahwa keyakinan manusia modernis yang
beredar merupakan isapan jempol belaka. Tujuan yang tunggal dan rasional yang
bisa ditahapkan tidak pernah terwujud di dalam pengalaman manusia. Manusia
terperangkap didalam budaya dan masyarakat tertentu dengan dengan tata nilai yang
berbeda-beda. Tidak ada lagi batas tegas antara seni halus dan seni kasar.
Maka tidak
mungkin bagi manusia untuk membuat ‘kisah akbar’ mengenai keseluruhan dan
keutuhan. Kenyataan justru diwarnai oleh irrasionalitas yang kejam.
Jelas bahwa
posmo tidak perlu dianggap mau menyampaikan ajaran. Sebab kalau pun kita
mencoba menangkap ajaran yang dimuatnya, kemungkinannya kita terperangkap di
dalam relativisme absolut. Relativisme absolut hanya mematikan manusia sebagai
manusia. Sebab keyakinan mengenai adanya relativisme absolut berati kematian
komunikasi dan dialog.
Tetap ada
sumbangan positif dari posmo, kita diperingati akan marebaknya kebhinekaan,
baik melaui kesadaran beranekanya masyarakat dengan paradigma masing-masing,
maupun melalui perkembangan ilmu yang semakin mengarah ke spesialisai yang
semakin rumit dengan jargon dan bahasanya yang khas.
III. Filsafat dan Peranannya
Filsafat
sebenarnya mempunyai arena seluruh pengalaman dan segala hal yang ada. Hanya
fokus perhatian berdeba-beda sesuai dengan minat yang diberikan oleh filsuf
yang mempraktekannya. Filsafat juga bisa dimengerti sebagai pengetahuan
mengenai hal-hal mendasar; sebagai uapaya mencari arti hidup; sebagai ilmu
tentang ilmu; sebagai kosmologi spekulatif; sebagi teori bahasa; atau sebagai teori
diskusi kritis.
Filsafat
sebagai kritik terhadap pengalaman, termasuk ilmu-ilmu, dan sebagai upaya
membentuk visi yang koheren , logis dan tepat-guna, tidak dapat dipisahkan dari
satu dan yang lainnya.
Dzikra Fanada
14140110240
Kelas B
Tidak ada komentar:
Posting Komentar