Kesan sangat mempengaruhi penilaian. Kesan menentukan
persepsi orang dalam menilai dan menanggapi sesuatu, bahkan sikap kita terhadap
sesuatu juga ikut dipengaruhi oleh kesan yang kita dapatkan.
Dapat dibayangkan, mustahil orang yang penampilanya tidak
rapi dan gaya bicaranya tidak runut akan menimbulkan pesan positif dari orang
lain. Sebagai contoh, melihat orang di layar televisi dengan gaya bicara yang
tidak jelas dan terbata-bata, seperti orang mengantuk, akan langsung kita
katakan bahwa orang itu tak dapat bicara!
Berbeda jika kita mengamati wajah orang yang selalu berbicara dengan mata
yang berbinar-binar akan bisa menumbuhkan kesan kagum bahwa orang itu amat
pandai dan kreatif. Kesan muncul ketika melihat penampilan atau sikap yang
ditunjukkan orang lain.
Kesan yang kita berikan atas
penampilan atau sikap yang ditampakkan oleh orang lain, menjadi kriteria
penilaian atau persepsi kita atas orang itu. Akibatnya, setiap melihat orang
itu langsung persepsi kita muncul dan secara apriori menjadi kerangka penilaian
kita.
Kesan yang baik itu atas
seseorang akan bisa menumbuhkan sikap baik, penghargaan, atau penghormatan
padanya.demikian pula sebaliknya, kalau kesan terhadap kita kurang baik, orang
lain juga akan kurang menghargai dan menghormati kita sebagai orang baik.
Setidaknya ada rasa curiga terhadap kita.
Permasalahan yang muncul
adalah bahwa kesan akan sesuatu lebih di dasarkan pada segi penampilan atau
segi visual. Kalau penampilannya baik, akan dikatakan baik. Kalau secara visual tertib, akan dikatakan tertib. Melihat pada segi penampilan atau hanya secara visual
saja memang tidak jelek. Namun kalau kita hanya berhenti pada visual saja, akan
bisa membuat kesan kita tentangnya tidak sepenuhnya tepat. bahwa terlihat
tertib, tidak bisa dikatakan memang tertib, bisa jadi karena takut akan ancaman
sanksi lalu orang itu terpaksa menjadi tertib. Bahwa terkesan penampilan
seadanya, apalagi gondrong, tidak lalu begitu saja berarti liar, tidak bisa
diatur, dan maunya seenaknya sendiri.
Kesan belum tentu
menggambarkan kenyataan, kalau kita hanya berpegang teguh pada kesan, apalagi
kesan sekilas, bisa membuat pengamatan, persepsi, dan penilaian kita menjadi
tidak tepat karena tidak memahami kenyataan yang sebenarnya. Kesan yang semu
bisa menggambarkan realitas yang semu pula.
Karenanya jangan terlalu
berpegang teguh pada kesan yang sudah kita miliki. Kesan bukanlah sesuatu yang
dogmatis. Karena kesan bisa menjadi konsep apriori dalam menilai sesuatu, maka
kesan dogmatis bisa membutakan.realitas bukanlah sesuatu yang yang statis,
realitas selalu berubah. Kalau kesan apriori tidak pernah berubah, maka
pengamatan akan realitas yang berubah menjadi tidak tepat. kalau kita selalu
berpegang teguh pada terminologi masa lalu, betapa pun terminologi itu adalah
hasil refleksi sejarah atau tradisi, padahal situasi zamannya tidak akan tepat
sasaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar