Kamis, 07 April 2016

MENGAPA PERLU ETIKA KOMUNIKASI?

Anisa Novianti
14140110207


Informasi merupakan tempat sarana pendidikan yang efektif dan media merupakan sarana utama untuk menyampaikan dan mendapatkan informasi tersebut. Namun, keperihatinan utama pengelolaan media hanyalah demi mencari  keuntungan semata.

Informasi  sebagai Komoditi dan Mimetisme
Dalam lingkup industry, informasi merupakan barang dagangan dan bersifat komersil. Ciri komersil ini menjadi dianggap lebih penting daripada menjalankan misi utama media, yaitu untuk klarifikasi dan berperan dalam debat demokrasi. Paparazzi dan wartawan infotainment saat ini sangat didominasi oleh pasar dan keuntungan. Terkadang wartawan tersebut sampai kejam memancing pertanyaan-pertanyaan diluar konteks.
Bagi mereka, pasar informasi adalah sarana untuk mencari keuntungan. Higga dari sini, muncullah persaingan antara media cetak dan media visual. Namun, di sisi lain persaingan ini menimbulkan dampak positif dimana mereka harus berlomba dalam mendorong kreativitas.

Media Mengubah Integrasi Sosial, Reproduksi Budaya, dan Partisipasi Politik
Media saat ini bukan hanya menyampaikan ide pembebasan, melainkan nilai-nilai hedonis yang mampu memengaruhi integritas sosial. Selain itu, hedonisme individualis dapat mengabaikan kontrol sosial sehingga norma-norma sosial akan hilang.
Dalam hal iklan, fungsi komunikasi massanya bukan dari isinya atau tujuan ekonomi, melainkan logika medium itu sendiri. Dan berkat media ini, sensualisasi dan estetiasi untuk kepentingan kenikmatan semakin intensif dan meluas.
Dalam hal partisipasi politik, individu menjadi tidak tertarik dalam ideologi politik karena hal ini tidak mampu memberi janji dan memobilisasi pengikut. Selain pengaruh kapitalisme baru, sistem media juga ditentukan oleh kemajuan teknologi. Perubahan teknologi ini memberi dampak dengan melahirkan logika dalam waktu singkat.

Dilema Media Massa
Logika dengan waktu singkat tersebut membuat media duduk dalam situasi dilematis. Namun, di satu sisi idealisme media menuntut peran sebagai sarana pendidikan agar publik mampu bersikap dan berfikir kritis. Media sangat diharapkan dapat meningkatkan mutu debat publik, tetapi saat ini justru mengubah politik menjadi sebuah tontonan.
Dilema yang dihadapi media muncul dari tuntutan rating dan di satu sisi juga dituntut dalam memberi informasi yang benar dan mendidik. Karena di dalam cara untuk menarik minat publik seringkali teknik tidak baik dilakukan oleh media, sehingga publik tidak dapat membedakan mana yang riil/palsu.

Pentingnya Pencitraan
              Media diharapkan mampu jadi pencetus budaya yang berkualitas, namun akhirnya jatuh dalam berbagai iklan yang semakin memicu konsumsi.
J. baudrillard menjelaskan 4 fase citra :
1.       Representasi dimana citra adalah cermin dari realitas
2.       Ideologi memberi gambaran yang salah tentang realitas
3.       Citra menyembunyikan bahwa tidak ada realitas
4.       Citra tidak ada hubungannya dengan realitas apapun, ia hanya menjadi yang menyerupai dirinya.

Tiada Perlawanan Terorganisir dan Bentuk Baru Sensor
              Media sebenarnya punya kesempatan memengaruhi masyarakat dengan menanamkan kebebasan dan inisiatif, tetapi media malah semakin membuat publik menjadi tergantung dan kompulsif.. Dan saat ini, sensor pun berubah bentuk. Sensor tidak lagi menghilangkan, memotong atau melarang sejumlah aspek. Sekarang sensor bersembunyi dalam aspek kekomersilan. Sensor malahan menelusup dalam berlimpahnya informasi yang harusnya didengar, dibaca, atau di lihat. Nilai jual media pun tergantung pada kemampuan untuk memberi citra yang baik.

3 Syarat Kemungkinan Etika Komunikasi

1.      Media punya kekuasaan dan efek yang kuat terhadap publik.
2.    Etika komunikasi merupakan upaya untuk menjaga keseimbangan antara kebebasan dan tanggung jawab
3.     Mencoba menghindari dampak negatif dari logika yang instrumental


Jadi, pada dasarnya sistem komunikasi lebih mengandalkan pada teori tindakan strategis daripada teori tindakan komunikatif. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar