Bab I
Mengapa Perlu Etika Komunikasi?
Mengapa Perlu Etika Komunikasi?
Informasi merupakan suatu pesan dari komunikator ke komunikan. Media menjadi medium utama untuk
menyampaikan informasi tersebut. Suatu pesan yang diterima dapat bernilai benar
dan dapat bernilai keliru. Informasi yang benar tentu akan mencerahkan dan jauh
dari kesalahpahaman. Informasi sekiranya harus sesuai dengan kebenaran agar
dapat membantu kita mengambil keputusan yang tepat dan menciptakan suatu
perdamaian antar manusia.
Dewasa ini kita sebagai warga negara Indonesia hidup pada kehidupan berdemokrasi dimana kita dapat bebas berekspresi dan mendapatkan informasi apapun atas hak publik. Namun sayang kini kita sebagai warga negara mendapatkan informasi yang benar sering tidak dijamin karena adanya kepentingan elite politik dan ekonomi.
Dewasa ini kita sebagai warga negara Indonesia hidup pada kehidupan berdemokrasi dimana kita dapat bebas berekspresi dan mendapatkan informasi apapun atas hak publik. Namun sayang kini kita sebagai warga negara mendapatkan informasi yang benar sering tidak dijamin karena adanya kepentingan elite politik dan ekonomi.
Informasi sering kali dianggap sebagai barang dagangan. Kini informasi sendiri sudah tidak aneh jika memiliki ciri komersial. Bahkan ciri komersial ini kini lebih dikedepankan daripada misi utama media itu sendiri yaitu klarifikasi dan memperkaya demokrasi. Contohnya, wartawan infotainment kini bekerja lebih berorientasi pada keuntungan ketimbang menjunjung tinggi penyampaian informasi yang jernih. Rating menjadi elemen yang terpenting, meninggalkan elemen yang lain. Infotainment seakan berlomba menyiarkan yang sensional atau spektakuler saja, profesionalisme ditinggalkan. Hal seperti ini sudah tidak asing lagi oleh karena itu tidak mengherankan bila media sering mengundang reaksi skeptis dan kecurigaan dari kalangan kaum terdidik. Bila lama kelamaan dibiarkan seperti ini, akan muncul keresahan dari pemirsa, pendengar atau pembaca media. Konsumsi massa menentukan dinamisme komersial dan makna keindahan suatu informasi.
Sistem media yang lebih mementingkan keuntungan seperti
ini membawa perubahan yang mendasar dalam cara intergrasi sosial, reproduksi
budaya, dan partisipasi politik. Media menyebarkan nilai-nilai sosial yang
tidak hanya ide akan tetapi sudah termasuk nilai-nilai hedonis yang dapat
mempengaruhi intergrasi sosial. Hedonisme ini mengabaikan kontrol sosial
sehingga norma-norma tradisional meredup. Revolusi teknologi juga membawa media
massa menjadi suatu yang mampu memberikan dampak yang besar. Tersediaya
informasi secara instan membuat orang tidak menghargai penantian. Sistem media
yang telah dimudahkan atau bahkan jauh dari kebenaran (walaupun tidak semuanya)
membawa suatu dampak sosial tertentu bagi publik.
Idealisme media sesungguhnya menuntut untuk dapat menjadi
sarana pendidikan yang baik untuk pembaca, pendengar pemirsa yang kritis dan
mandiri. Namun muncul suatu dilema bagi media yang selain menjadi medium
penyampaian informasi yang terpercaya, media juga harus memerhatikan
pragmatisme ekonomi. Antara kepentingan publik dan kepentingan media menjadi
dua hal yang tarik menarik. Media oleh karena itu perlu menjaga kualitas dan
mutu informasi namun dibarengi dengan ide-ide sehat yang dapat menghadirkan
keuntungan bagi media itu sendiri.
Sebagai wujud kontrol media, dibentuklah lembaga sensor
yang dipercaya dapat menjadi ‘wasit’ bagi seluruh media yang ada. Baik atau
buruk, beretika atau tidak, sesuai norma atau tidak, memiliki suatu pesan
terselubung atau tidak itu tergantung lembaga sensor yang menilai. Ini
merupakan suatu perlawanan terorganisir dari masyarakat terhadap media massa
yang kebanyakan dimiliki seorang elit atau konglomerat. Namun dewasa ini,
sensor telah berubah. Sensor tidak lagi tampak dalam bentuk primer karena bukan
lagi masalah menghilangkan, memotong, melarang sejumlah aspek fakta atau menyembunyikannya.
Sensor justru menelusup dalam berlimpahnya informasi yang diberitakan sehingga
orang tidak mampu melihat lagi apa yang kurang dari suatu informasi. Sensor
menjadi ciptaan hiperrealitas.
Etika komunikasi merupakan tantangan yang tidak mudah.
Untuk itu, terdapat tiga syarat agar etika komunikasi terpenuhi Pertama, media
mempunyai kekuasaan dan efek yang dahsyat terhadap publik oleh karena itu etika
komunikasi digunakan untuk melindungi publik yang lemah. Kedua, etika
komunikasi merupakan upaya untuk menjaga keseimbangan antara kebebasan
berekspresi dan tanggung jawab oleh karena itu kritik terhadap informasi media
yang melanggar perlu dikritik. Ketiga, mencoba menghindari sedapat mungkin
dampak negatif dari logika instrumental. Etika komunikasi digunakan untuk
memberikan pencerahan terhadap suatu informasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar