Senin, 11 April 2016

Bab 7 Filsafat, etika dan komunikasi


Pemahaman dasar etika dan moral
Asal katanya: ETHOS dari Yunani kuno.
Jika ditelaah lewat etimologinya maka ia memiliki arti yang luas dalam arti tunggal dan satu arti dalam arti jamak.
Arti jamak dari etika sendiri adalah adat istiadat.
Etika secara etimologi adalah ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.
Arti kata ini akhirnya menjadi latar belakang Aristoteles di eranya (384- 322 SM) menggunakan kata etika dalam menunjukkan filsafat moral.


Kamus lama dan kamus baru Bahasa Indonesia memiliki pengertian kata yang berbeda tentang etika.
Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poerwadaminta, 1953) menjelaskan etika adalah ilmu pengetahuan tentang asas- asas akhlak (moral).
Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi 1, 1988) menjelaskan etika dalam 3 pengertian:
1.Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral.
2.Kumpulan asas atau nilai yang berkenan dengan akhlak. (etik)
3.Nilai mengenasi benar dan salah yang dianut oleh sekelompok masyarakat.
3 arti yang mucul dalam pengertian yang terakhir dalam KBBI:
  1. Etika sebagai system nilai
  2. Etika sebagai kode etik
  3. Etika sebagai ilmu
Moral?
Moral memiliki arti yang sama dengan etika.
Perbedaan dari kedua kata tersebut adalah etimologinya. Moral berasal dari Bahasa Latin, Etika berasal dari Bahasa Yunani Kuno.
Concise Oxford Dictionary
Amoral: unconcerned with, out of the sphere of moral, non- moral.
Immoral: opposed to morality, morally evil.
Di Indonesia, KBBI mengartikan definisi amoral adalah tidak bermoral dan definisi immoral belum tersedia dalam kamus Bahasa Indonesia.
Hal ini tentu berbeda dan menimbulkan salah kaprah dalam pengertian dengan orang lain.
Dari asal usulnya, tidak ada hubungan antara dua istilah ini
Ada kedekatan antara dua istilah ini, dari segi persamaan dan perbedaan
Persamaan:
Menyangkut perilaku manusia.
Mengatur perilaku manusia secara normatif.
Etika sebagai cabang filsafat
Moralitas: Ciri Khas Manusia
Amoral: Tindakan/perbuatan yang tidak mempunyai relevansi etis
Immoral: Tindakan/perbuatan yang mempunyai relevansi etis
Moralitas merupakan suatu fenomena manusiawi yang universal. 
Moralitas hanya terdapat pada manusia dan tidak terdapat pada makhluk lain, sekalipun pada binatang yang merupakan makhluk yang paling dekat dengan manusia.
Bukti: kata “harus”
Keharusan alamiah >> keharusan yang jalan otomatis, karena alam sudah diatur sedemikian rupa.
Keharusan moral >> keharusan yang didasarkan pada kenyataan bahwa manusia mengatur tingkah lakunya menurut kaidah-kaidah atau norma-norma.
Etika ilmu tentang moralitas
Etika: Ilmu tentang Moralitas
Etika Deskriptif
Mempelajari individu-individu tertentu, dalam kebudayaan atau subkultur tertentu, dalam        suatu periode sejarah, dsb.
Hanya melukiskan, tidak memberi penilaian.
B.            Etika Normatif
Merumuskan prinsip-prinsip etis yang dapat dipertanggungjawabkan dengan cara rasional dan dapat digunakan dalam praktik.
 Terbagi ke: Etika Umum dan Etika Khusus
Etika: Ilmu tentang Moralitas


Metaetika
                 Metaetika mempelajari logika khusus dari ucapan-ucapan etis.
                Metaetika termasuk “filsafat analitis”. Filsafat analitis menganggap analisis bahasa sebagai tugas                 terpenting bagi filsafat.
Hakikat etika filosofis
Bila dalam hidup sehari-hari kita berbicara mengenai suatu keadaan atau peristiwa yang kita saksika atau alami, maka tidak pernah kita melakukannya secara netral saja, tidak pernah kita membatasi diri pada pemantauan saja, hampir selalu kita menambah juga unsur penilaian.
Etika
Etika dimulai bila kita merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain.
Ciri khas filsafat dengan jelas tampak juga pada etika. Etika pun tidak berhenti pada sesuatu yang konkret, yang secara faktual dilakukan, tapi ia bertanya mengenai yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan, tentang yang baik atau buruk untuk dilakukan.
Etika menyibukkan diri dengan segi normatif atau evaluative
Etika tidak sama dengan cabang filsafat yang lain dalam arti bahwa ia membatasi diri pada pertanyaan “apa itu moral?”. Memang itu adalah suatu pertanyaan bagi etika, tapi tugas utama etika adalah menyelidiki apa yang harus dilakukan manusia.
Semua cabang filsafat berbicara tentang “yang ada”, tetapi etika membahas “yang harus dilakukan” karena itu etika disebut juga “filsafat praktis”.
Dalam etika kita menganalisis tema-tema fundamental seperti hati nurani, kebebasan, tanggung jawab, nilai, norma, hak, kewajiban, keutamaan.
Etika bergerak dibidang intelektual, tetapi objeknya langsung berkaitan dengan praktik kehidupan kita.
Etika adalah suatu ilmu
Etika dapat didefinisikan sebagai refleksi kritis, metodis, dan sistematis tentang tingkah laku manusia, sejauh berkaitan dengan norma.
Karena refleksi itu dijalankan dengan kritis, metodis, dan sistematis maka etika pantas diberi nama “ilmu”.
Setiap refleksi kritis, metodis, dan sistematis mengenai tingkah laku manusia belum tentu sebuah etika.
Etika adalah refleksi ilmiah mengenai tingkah laku manusia dari sudut norma-norma atau dari sudut baik dan buruk.
Etika adalah suatu filsafat
Etika termasuk filsafat dan bahkan dikenal sebagai salah satu cabang filsafat yang paling tua.
Etika adalah ilmu, tetapi sebagai filsafat ia tidak merupakan suatu ilmu empiris.
Peranan etika di dalam dunia modern
Jika hidup dalam keadaan masyarakat tradisional atau tertutup. Nilai dan norma praktis tidak pernah dipersoalkan karena orang otomatis menerima semuanya dan tidak berpikir lebih jauh namun semua itu berbeda ketika jaman berkembang
Banyak nilai dan norma etis berasal dari agama. Tidak diragukan lagi agama merupakan salah satu sumber nilai dan norma yang penting. kebudayaan merupakan sumber yang lain, walaupun dalam hal ini sering kali tidak bisa dilepaskan dari agama. Juga nasionalisme atau kerangka hidup bersama dalam suatu negara mudah menjadi sumber nilai serta norma. Jika kita lihat dari individual tiap daerah dan tiap kebudayaan itu berbeda. Dapat dilihat sebagai contoh seorang anak keluar dari lingkungan keluarganya dan bersosialisasi dengan orang-orang berbeda kebudayaan hal ini bisa menyebabkan cultural shock.
Jaman dahulu pengalaman-pengalaman serupa tentang perbedaan sering terjadi dan merupakan sesuatu yang baru. Di dalam masyarakat tradisionalpun berlangsung demikian, namun sekarang masyarakat tradisional sudah hampir tidak ada lagi maka tidak ada lagi masyarakat yang homogen dan tertutup. Sebagai contoh: dulu jaman ortu memilihkan jodoh untuk anaknya jaman sekarang anak diperkenankan untuk memilih jodohnya sendiri, hal ini pun tercermin dari satra novel yang jaman dulu siti nurbaya dan sekarang milih jodoh sendiri. Perjuangan hak ini tercermin peralihan tradisional menjadi modern.
Jika memandang situasi etis dalam dunia modern, ada 3 ciri menonjol :
1. menyaksikan adanya pluralism moral
Karena kita hidup di era komunikasi dimana informasi dapat sampai ke berbagai tempat dengan cepat. Jaman dahulu ketika christoper colombus menemukan benua amerika, raja spanyol baru mendengar hal itu setelah 5 bulan. Presiden amerika serikat, Abraham Lincoln mati baru sampai ke eropa setelah 12 hari. Kini komunikasi jaman sekarang sudah modern. Perkembangan teknologi masa kini yaitu internet. Suka tidak suka dengan menerima info sebanyak itu kita berkenalan pula dengan norma dan nilai dari masyarakat lain. Seperti contohnya, beberapa negara komunis sejak perang dunia ke 2 menutup diri dari segala pengaruh luar.
Sarana pengangkutan modern seperti pesawat terbang dan kendaraan bermotor mengakibatkan suatu mobilitas yang belum pernah disaksikan umat manusia. Bandingkan dengan jaman dahulu. Pelayanan pariwisata jadi maju akibat kemudahan transportasi. Menarik sebanyak mungkin devisa negara. Dunia usaha juga sudah tidak mengenal perbatasan negara, sehingga banyak sekali manajer, konsultan dan teknisi berkeliling-keliling dari satu ke negara lain, sebagai karyawan multinasional corporation. Atau dapat kita lihat betapa bnyk orang Indonesia yang menuntut ilmu diluar negri. Tak disangka masyarakat yang dulu dipenuhi oleh “kebhinekaan” sekarang berjumpa dengan kemajemukan norma dan nilai seperti hampir seluruh masyarakat di dunia. Kemajemukan itu menyangkut nilai dan norma dalam praktik-praktik bisnis namun tidak hanya itu karena merambah kebidang seoertu seksualitas dan perkawinan.
Dapat kita lihat ada masyarakat yang lebih liberal dan permisif dari masyarakat seperti : pornografi, LGBT
Contoh lain adalah aborsi, sekarang banyak negara mengijinkan aborsi menurut hukum meskipun ada beberapa syarat tertentu, sedangkan negara lain tetap melarangnya.
Banyak pertentangan etika  seperti pro choice (masyarakat setuju) dan pro life (masyarakat tidak setuju) contoh menarik adalah amerika tentang senjata api. Di amerika adalah sebuah hak suci yang tidak boleh diganggu gugat sedangkan di negara lain memiliki senjata api adalah sesuatu yang benar-benar dilarang keras.
Jika kita menyimak banyak contoh-contoh diatas tidak dapat kita sangkal bahwa pluraritas moral merupakan kenyataan jelas dalam masyarakat modern
2. timbul masalah etis baru yang dulu tidak terduga
Disebabkan oleh perkembangan pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya ilmu-ilmu biologis
Masalah-masalah paling berat disebut manipulasi genetis, khususnya manipulasi gen-gen manusia, ibu menyewakan rahimnya. Apakah bisa menerima percobaan cloning khususnya manusia.
Bidang ilmiah lain menimbulkan banyak masalah moral adalah fisika nuclear dan membangkitkan energy listrik dengan resiko khusus.
Teknologi membawa persoalan moral baru, bagaimana privacy orang tetap terjaga, apakah boleh melakukan hacking atau menyebarkan virus computer
3. dalam dunia modern tampak semakin jelas suatu kepedulian etis yang universal
Globalisasi tidak saja merupakan gejala di bidang ekonomi, namun juga di bidang moral. Kita dapat menyaksikan gerakan-gerakan perjuangan moral yang aktif pada taraf internasional. Bisa dalam bentuk kerja sama antara lembaga-lembaga swadaya masyarakat, kerjasama dengan DPR dari beberapa negara ataupun serikat-serikat buruh dan sebagainya.
Gejala yang paling menclok adalah tentang kepedulian etis adalah deklarasi tentang hak-hak asasi manusia yang diproklamasikan oleh PBB pada 10 desember. Proklamasi ini pernah disebut sebagai kejadian etis paling penting dalam abad ke 20 (dekarasi ini tidak pertama dalam sejarah namun merupakan pernyataan pertama yang diterima secara global karena diakui oleh semua anggota PBB.
Kepedulian etis yang sama tampak juga dalam bentuk universal, karena banyak masalah etis baru yang ditandai iniversalitas juga berarti seluruh dunia. Disini dimaksudkan terutama masalah-masalah etis yang ditandai oleh universalitas yang dimaksudkan terutama pada masalah-masalah etis yang berkaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknollogi, masalah lingkungan hidup, iklim, kemiskinan di dunia ketiga dan sebagainya.
Gejala kepedulian ini ternyata bertentangan dengan pluralism moral. Untuk sebagaian pertentangan itu memang ada dan menjadi semacam kontradiksi implisit yang sering ditemukan di taraf social. Tapi untuk bagian lain pluralism moral dan kepedulian etis bertentangan karena menyangkut 2 ranah yang berbeda.
Seperti bagaimana dua orang mau menyetujui mau dan mau menghayati homoseksualitas mereka bisa diserahkan kepada keputusan pribadi orang-orang itu sendiri karena tidak mengganggu kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Disini tidak dilanggar hak orang lain. Kepedulian etis ini menyangkut ranah umum artinya hal-hal tidak bisa diserahkan di keputusan pribadi.
Another example: metode penyiksaan terdakwa tidak pernah bisa diterima sebagai metode introgasi polisi karena ini bertentangan dengan moral dan selalu ada korban yang dilanggar haknya

Situasi moral dalam dunia modern mengajak kita untuk mempelajari studi etika karena studi etka merupakan salah satu cara yang memberi jalan keluar mengatasi kesulitan moral yang kita hadapi sekarang.
Alasan-alasan yang kita punya untuk mendalami etika mirip dengan situasi di yunani kuno pada abad k 5 sebelum masehi. Dimana keadaan disana mengalami krisis besar. Dimana pola-pola moral tidak memiliki dasar untuk berpijak akibat banyaknya perubahan social dan religious. Para sofis tidak dapat memberikan jawaban terhadap mengatasi krisis tersebut kemudian yang berhasil mengeluarkan mereka dari kebingungan tersebut adalah sokrates dan plato. Mereka tetap berpegang kepada norma-norma yang berlaku dalam polis kota tradisional di yunani. Yang baru adalah mereka mengusahakan pendasaran yang rasional bagi norma-norma tersebut. Untuk pertama kali mereka menggunakan rasio untuk memecahkan masalah-masalah yang terjadi sekarang ini. Menempuh cara hidup yang etis berarti mempertanggung jawabkan perilaku kita berdasarkan alasan-alasan (artinya berdasarkan rasio). Melalui jalan rasional perlu kita bersamaosama mungkin sesudah diskusi panjang lebar mencari kesepakatan dalam bidang moral


Tidak ada komentar:

Posting Komentar